MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Majelis Tarjih merupakan institusi keagamaan yang menjadi dapur dari pemikiran-pemikiran keagamaan dalam tubuh Muhammadiyah. Berperan penting dalam memberikan tafsiran-tafsiran agama yang kreatif sebagai landasan normatif dinamisasi masyarakat. Dengan fungsi ini, Haedar Nashir mengatakan bahwa Majelis Tarjih memiliki peranan strategis dalam memberikan arah bagi gerak maju Muhammadiyah. Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih merupakan kegiatan strategis di mana para ulama-intelektual Muhammadiyah mengurai pelbagai masalah-masalah kontemporer seperti zakat, difabel, agraria, dan lain-lain.
Ada pun tema yang diangkat pada Munas Tarjih ke-31 adalah Mewujudkan Nilai-nilai Keislaman yang Maju dan Mencerahkan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan penjelasan terkait pengangkatan tema tersebut. Alasan pertama pengangkatan tema ini lantaran Islam memiliki keyakinan bahwa memajukan dan mencerahkan semesta merupakan pekerjaan yang tiada memiliki akhir.
“Kenapa Munas kali ini mengangkat tema mewujudkan nilai-nilai Islam yang maju dan mencerahkan. Pertama, aspek ajaran dan ini tidak akan pernah selesai, Islam mengandung nilai-nilai yang utama mengenai kemajuan dan pencerahan. Kemajuan dalam Islam itu menyangkut berbagai macam aspek, di mana masyarakat muslim harus maju dari aspek pandangan, paham, dan praktek keagamaan, maju dalam pendidikan dan hal-hal yang bersifat muamalah-duniyawiyah,” kata Haedar dalam Konferensi Pers Musyawarah Nasional Tarjih Muhammadiyah XXXI pada Senin (23/11).
Selain itu Haedar juga menerangkan bahwa agama sebagai agen pencerah berarti mampu mengubah seseorang dari perilaku jahiliyah ke perilaku yang berkeadaban. Visi utama kerisalahan Nabi Muhammadiyah, kata Haedar, adalah membangun akhlak mulia (inna ma bu’itstu liutammima makarimal akhlaq) dan menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin.
“Islam datang dan memberi contoh itu dengan membangun akhlak mulia. Juga Islam yang membawa rahmatan lil’alamin, sehingga dalam tempo 23 tahun Nabi mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat al-madinah al munawarah, masyarakat yang berkeadaban,” ujarnya.
Alasan kedua mengangkat tema ini, kata Haedar, lantaran Muhammadiyah memandang bahwa usaha mewujudkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan dan mencerahkan itu tidak pernah selesai karena ada realitas saat ini baik di dalam maupun di luar negeri, di mana kehidupan belum sepenuhnya mengandung hal-hal yang maju dan mencerhakan.
“Di era pandemi saja masih ada orang yang gak percaya dengan adanya virus ini. bahkan ada yang menganggap itu paranoid, konspirasi, macam-macam. Dan tidak mau mengikuti anjuran para ahli ilmu pengetahuan, termasuk tidak mematuhi protokol kesehatan. Masyarakat kita abai bahkan ada yang sengaja mengabaikan protokol kesehatan,” kata Haedar.
Alasan ketiga menyangkut proyeksi ke depan bahwa bangsa yang besar berpijak pada nilai-nilai yang luhur termasuk nilai luhur agama. Dalam konteks ini, ujar Haedar, Muhammadiyah ingin terus menyebarkan nilai-nilai agama yang membawa kemajuan.
Hits: 5