MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Memberikan iftitah peresmian Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah Jakarta, Kamis (11/3) Ketua Umum Haedar Nashir menyinggung bahwa sila pertama Pancasila harus menjadi acuan bagi pengelolaan tempat ibadah yang dimiliki oleh Negara, termasuk masjid.
Sembari menyatakan keyakinannya bahwa masjid-masjid yang ada memiliki misi membangun ketakwaan, Haedar menekankan masjid milik negara harus mampu merawat keragaman dan perbedaan.
“Saya tidak tahu kalau negara punya masjid, tentu ya simbolnya bintang Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang itu tentu akan menjadi milik bersama, karena Ketuhanan Yang Maha Esa itu menjadi milik bersama,” ujarnya.
“Karena itu masjid-masjid yang dikelola oleh Negara, termasuk oleh BUMN itu, saya percaya menjadi milik bersama. Bukan milik satu golongan, satu kelompok, satu paham, apalagi satu mazhab. Karena apa? Karena Negara itu tidak boleh bermazhab, kecuali Mazhabnya Pancasila,” tegas Haedar.
Dengan dirawatnya pemahaman itu, Haedar percaya masjid-masjid milik negara (BUMN) beserta masjid milik ormas-ormas lain akan mampu menjadi satu kekuatan kolektif yang menjadikan Indonesia sebagai negara Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Sebab, masjid itu akan mampu menjadi titik temu (meeting poin) dalam merekat semangat ukhuwah di tengah berbagai perbedaan umat yang ada.
“Tapi kalau mengedepankan ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok), semangat golongan, termasuk semangat golongan yang paling baik, itu nanti akan terjadi keretakan di tubuh bangsa kita,” tegur Haedar.
“Gambar bintang Ketuhanan Yang Maha Esa itu menjadi kekuatan pencerah batin, pencerah hati, pencerah pikiran, pencerah sikap dan tindakan bangsa Indonesia yang religius, yang meletakkan agama, Pancasila dan nilai luhur bangsa sebagai mozaik kita dalam berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.