MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Menginjak usia 108 tahun, tanggung jawab Muhammadiyah begitu besar untuk menjaga eksistensi dakwahnya tetap hidup. Apalagi, dalam sebuah hadis Nabi disebutkan bahwa Allah mengutus seorang pembaharu setiap 100 tahun.
“Ketika kita melintasi dari batas ambang yang disampaikan Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu, kita yang hidup di era ini sesungguhnya adalah generasi yang mempertaruhkan eksistensi Muhammadiyah untuk 100 tahun lagi yang akan datang, demikian juga yang selanjutnya,” ungkap Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Sabtu (30/1).
Dalam Pengajian Virtual PWM Papua Barat, dirinya mengingatkan bahwa Muhammadiyah tidak memiliki waktu panjang untuk menghadapi perubahan zaman sehingga harus memperhatikan rantai perjuangan di masa depan.
Seorang ulama bernama Ibn Khaldun menurut Fathurrahman memiliki teori bahwa kehidupan peradaban manusia sama dengan proses pembentukan janin. Janin ditiupkan ruh oleh Allah pada hari ke-102, sementara itu peradaban mulai diuji pada tahun ke-102.
“Kalau mengacu pada asumsi yang dibangun oleh Ibn Khaldun, maka kita memiliki waktu yang tidak cukup panjang. Ada 16 tahun untuk merawat Muhammadiyah dan infrastruktur perjuangan kita ini. Ada tanggungjawab yang luarbiasa,” jelasnya.
Karenanya menurut Fathurrahman Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar mengingatkan agar generasi muda diperhatikan di dalam agenda dakwah.
“Kita memperhatikan generasi muda kita, usia anak-anak milenial sudah sedemikian tinggi jumlahnya. Ini memberikan makna bahwa artinya kalau kita tidak serius mengelola anak-anak muda kita saat ini, maka 16 tahun ke depan kita harus bermuhasabah betul apakah kemudian perjuangan kita akan berjalan apa adanya begitu saja atau bagaimana, saya kira ini penting untuk kita renungkan,” ungkapnya.
Fokus ini menurutnya perlu digarap apalagi dunia sedang dihadapkan dengan masa disrupsi yang serba ambigu, sulit untuk membedakan antara hak dan yang batil, antara yang maya dan realitas.
Fathurrahman melihat era disrupsi membuat pelemahan di berbagai lembaga pendidikan dan keagamaan umat Islam sehingga kerja dakwah terhadap generasi muda tidak bisa dijalankan sekadarnya saja.
“Secara maknawi saja, kalau kita tidak pandai mengelola situasi, maka kita akan kehilangan generasi,” pesan Fathurrahman. (afn)
Hits: 2