MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Dalam momentum Milad ke-94 RS PKU Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (4/12) Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak semua pihak mengedepankan sikap optimisme.
Sikap optimis dianggapnya perlu sebagai bekal menghadapi kehidupan dunia yang meniscayakan masalah. Dengan sikap itu, maka manusia menurutnya akan lebih cepat bangkit untuk berikhtiar dan menemukan jalan keluar.
“Sesungguhnya optimisme itu kita perluaskan juga bukan hanya dalam menghadapi Covid-19 tapi juga dalam menghadapi kehidupan yang selalu kita dihadapkan pada masalah, mungkin kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan di organisasi kita bahkan juga dalam kehidupan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan,” ujarnya.
“Allah akan memberi hidayah pencerahan bagi hati kita sebab ketika kita mengalami musibah itu dan percaya pada kuasa Allah, sebaliknya tidak meratapi, tidak menyesali dalam arti suasana batinya tidak sabar, kemudian ada kegeraman di atas masalah yang kita hadapi nanti justru hanya akan membuat hati kita tidak tumakninah,” imbuhnya.
Akan tetapi Haedar juga mengingatkan agar dalam sikap optimisme itu tidak serta merta diikuti oleh sikap sembrono yang membuat abai, nekad dan bahkan malah merugikan orang lain.
“Nah optimisme dibangun di atas nilai itu, ketika musibah dan masalah itu terjadi kita terima sebagai qada dan takdir kita, lalu kita berikhtiar secara rasional ilmiah maupun juga secara ruhaniah spiritual. Lalu dengan perpaduan itu masalah demi masalah bisa kita atasi, kita selesaikan, tapi kewaspadaan tetap kita lakukan,” ujarnya.
Dalam konteks tersebut, Muhammadiyah menurut Haedar harus menjadi pelopor yang mengajak elemen bangsa saling menumbuhkan sikap optimis, termasuk dalam masa pandemi Covid-19.
“Kita coba kembangkan terus, kita tanamkan nilai-nilai utama. Nah nilai itu adalah sesuatu yang berharga dalam hidup dan setiap orang lebih-lebih kaum beriman, nilai itu harus sesuatu yang mendasar, yang menyatu dengan kehidupan secara keseluruhan, mutlak dan esensial, tentu nilai utama kita adalah Al Islam. Islam, sebagai agama, sebagai din, sebagai way of life, bahkan Islam juga sebagai kaifiyah kita menjalani kehidupan, bahkan cita-cita di dalam kita menjalani kehidupan,” tutupnya.