MUHAMMADIYAH.OR.ID, MESIR – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir menjadi mediator Fustat pemberangkatan mahasiswa baru Universitas Al-Azhar Kairo. Hal ini sudah berjalan mulai 2016 hingga 2022 ini. Untuk tahun 2022 sendiri, PCIM Mesir telah memberangkatkan 45 mahasiswa baru di Indonesia.
Hal itu disampaikan Amastasya Dhyaz Pratiwi, anggota PCIM Mesir pada Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jum’at (14/1).
Amastasya berharap bahwa ke depannya Mediator Fustat ini menjadi lebih di kenal dan andalan bagi semua kader Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) se-Indonesia dalam menitipkan putra putrinya yang bersekolah di Mesir.
Mediator Fustat ini tidak hanya berperan dalam pemberangkatan. Amastasya menjelaskan bahwa para mahasiswa yang berangkat dari Mediator Fustat akan tetap dikoordinasikan segala kegiatannya. Kegiatan tersebut berpusat di Markas Dakwah Muhammadiyah Mesir yang merupakan central of excellent yang telah diperjuangkan sejak tahun 2015 dan akhirnya di resmikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2018.
“Di dalamnya juga kami melaksanakan sistem pengaderan yang terangkum dalam SOP pengaderan juga. Kami presentasikan langsung di depan ayahanda Prof. Haedar Nashir. Saat itu dan mendapatkan nilai-nilai yang menjadi kebanggaan kami,” terangnya.
Ia melanjutnya bahwa jika ada mahasiswa datang dari Indonesia melalui Mediator Fustat tidak lantas dianggurkan saja namun juga diberi pengetahuan seputar kemuhammadiyah. Selain itu, ditawarkan juga peluang-peluang dalam bidang ekonomi dan pendidikan.
Kerja sama Muhammadiyah Mesir
Pimpinan Pusat Muhammadiyah sendiri sebenarnya juga telah ada kerja sama MoU dengan Al-Azhar di antaranya pertama ada dalam bidang dakwah Islam, program pelatihan imam dan dai. Kedua, dibidang budaya dan Islam ada program pelatihan dalam bidang riset dan juga seminar khusus yang di selanggrakan oleh Al-Azhar. Ketiga ada bidang pembelajaran dan Pendidikan Islam, PCIM Mesir dipercaya untuk Muadalah dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta bersama Al-Azhar, sehingga apabila putra-putrinya ingin melanjutkan studi di Al-Azhar lebih mudah karena memiliki kesetaraan ijazah Al-Azhar.
Lembaga Fatwa
PCIM Mesir juga bekerja sama dengan Dar al-Ifta al-Mishriyyah (Lembaga Fatwa Mesir). Menurut Amastasya, Muhammadiyah sangat bisa memanfaatkan potensi untuk kerja sama dengan lembaga fatwa ini dengan segala kelebihannya.
“Karena lembaga fatwa ini sudah diakui oleh dunia dan juga berparaf internasional dan juga modern tentunya ini sangat selaras dengan apa yang dilakukan oleh Majelis Tarjih sampai hari ini,” katanya.
Awal Mula Perubahan Waktu Fajar
Jika melihat kembali peneiltan yang dilakukan oleh Prof. Tono Saksono, Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA pada 2019 lalu tentang twilight project yang meneliti terkait waktu fajar apakah sudah benar di Indonesia. Ia menyampaikan hasil penelitiannya dihadapan para peneliti dari Helwan Observatory. Peneltian tersebut mendapatkan respon positif tidak hanya dari ilmuan observatorium tersebut tetapi juga dari para peneliti Al-Azhar dan Kairo University.
Amastasya mengatakan dari sanalah Muhammadiyah menghasilkan keputusan untuk mengubah waktu fajar. Menurutnya itulah kerja sama yang paling konkrit selama ini.
Hits: 37