MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Risalah Islam Berkemajuan bagi Muhammadiyah bukan sebagai suatu yang baru, dalam catatan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, pokok pikiran Islam Berkemajuan – istilah Berkemajuan pertama dicetuskan oleh Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan pada 1921.
Formula Berkemajuan dikenalkan oleh Kiai Dahlan dengan menyebut “Kemajuan” dan “Berkemjauan”, termasuk “Pemimpin Berkemajuan” dalam pidato tahunan 1921 yang berjudul Tali Pengikat Hidup.
Selain Kiai Dahlan, istilah Berkemajuan juga digunakan oleh Kiai Mas Mansur yang menggunakan istilah Paham Islam yang Berkemajuan.
“Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968 disajikan makalah dan dibahas tentang Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya, yang berisi sepuluh ciri diantaranya masyarakat berkemajuan”. Ungkap Haedar pada, Sabtu (7/5) di acara Halalbihalal-Silaturahmi Idul Fitri 1443 H Keluarga Besar Muhammadiyah secara hybrid.
Haedar menjelaskan, kemudian secara resmi tahun 2010 dideklarasikan dalam Pernyataan Muhammadiyah Abad Kedua yang antara lain mengandung pemikiran Islam yang Berkemajuan sebagai Pandangan Keagamaan. Formulasi Islam yang Berkemajuan berkembang dan mengalami pengembangan yang semua itu merupakan mata rantai konsep dan pemikiran Islam Berkemajuan yang menjadi pandangan keagamaan Muhammadiyah. Termasuk yang akan dibahas dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Surakarta tahun ini.
“Dalam Muktamar ke 48 Muhammadiyah diantaranya membahas tentang Risalah Islam Berkemajuan, sementara ‘Aisyiyah memusyawarahkan pemikiran Risalah Perempuan Islam Berkemajuan,” ucapnya.
“Pandangan dan risalah Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah itu secara pokok pikiran dan substansi dasar bukanlah hal baru, karena telah melekat menjadi alam pikiran dan pandangan keislaman sejak gerakan Islam ini berdiri sampai saat ini,” sambung Haedar.
Haedar berharap, selain bersemangat menyukseskan Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah, warga dan elit Muhammadiyah untuk senantiasa mengawal dan memahami substansi, konteks, dan aktualisasi pandangan Islam Berkemajuan baik dalam kehidupan internal persyarikatan, maupun di tengah kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
“Bersamaan dengan itu selain menyukseskan isinya, mari Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Surakarta kita sukseskan pelaksanaannya dengan semangat keagamaan yang berkemajuan, kegembiraan lahir dan batin, optimisme, kebersamaan, dan tetap seksama sesuai dengan situasi dan kondisi pandemi yang diharapkan makin landai kasusnya agar pelaksanaan Muktamar lebih longgar dan leluasa”. Harap Haedar.
Dalam konteks kehidupan umat Islam saat ini Muhammadiyah perlu terus menyebarluaskan pandangan Islam Berkemajuan sebagai jalan perubahan atau rekonstruksi pemikiran, strategi perjuangan, dan usaha-usaha baru yang lebih dinamis progresif sebagai rancang-bangun utama pergerakan Islam Indonesia hingga ke ranah Islam global.
“Termasuk dalam mensosialisasikan kalender Islam global sebagai tonggak membangun peradaban baru umat Islam sedunia agar kehidupan beragama dan bermuamalah-duniawiyah semakin unggul berkemajuan dan tidak terperangkap pada status-quo kejumudan”. Sambungnya.