MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA— Pandemi covid-19 menjadi cermin yang menunjukkan bahwa umat Islam masih berjarak dengan sains.
Tesis tersebut dibuktikan dengan sebagian masyarakat yang masih tidak percaya bahwa virus ini nyata, meski ratusan ribu jiwa telah melayang.
Melihat fenomena ini, Guru Besar Bidang Ilmu Fisika Teori, Prof. Agus Purwanto menyebut covid-19 ini mengajarkan tentang pentingnya sains. Virus corona dengan berbagai varian barunya menular dengan cepat, agar tidak tertular baiknya selalu taat prokes.
Di Indonesia pada bulan Juni sampai Juli 2021 terjadi peningkatan sangat pesat angka tertular covid-19, jumlah korban meninggal hariannya tertinggi di dunia.
Akibatnya Indonesia sempat disebut sebagai negara paling berbahaya di dunia.
“Data juga memperlihatkan bahwa ada ratusan ulama, kyai atau ustadz meninggal karena Covid, artinya Covid tidak menyeleksi apakah calon korban itu orang taat beragama atau tidak,” kata Prof. Agus Purwanto dikutip muhammadiyah.or.id pada (1/8).
Meski tidak bisa dianggap berhasil, namun kebijakan pembatasan mobilitas masih bisa digunakan sebagai salah satu cara pencegahan.
Prof. Agus menyarankan, terkait dengan kebijakan pembatasan mobilitas harus setali tiga uang dengan efeknya. Artinya jangan hanya tegas dalam pembatasan namun lemah dalam penjaminan hidup masyarakat.
“Demikian pula untuk vaksinasi, diperlukan gerakan masif dan terpadu vaksinasi bagi masyarakat. Nyatanya tidak sedikit masyarakat tidak paham pentingnya vaksinasi, di sini diperlukan kepercayaan dari pemimpin, bahwa pemimpin memang mau menyelamatkan masyarakatnya bukan sedang mencari keuntungan dengan jualan vaksin,” ungkapnya.
Prof. Agus menyarankan supaya masyarakat diedukasi tentang pentingnya sains dan bertindak secara sains.
Selain itu, juga dibutuhkan pemimpin yang sadar akan sains, sehingga produk kebijakannya tidak asal-asalan dan bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Lebih-lebih membenturkan dan mengatasnamakan agama untuk menolak sains.