MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Gejala kekeringan serius rohani manusia tidak hanya melarikan manusia pada sekularisme, tapi juga kepada cara beragama yang tidak tawazun (moderat).
Dalam cara keberagamaan, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal menyebut bahwa gejala itu kini lazim dirasakan. Otoritas keagamaan yang mengkaji fatwa melalui disiplin ilmu secara ketat, begitu mudah ditolak atau oleh orang yang tidak memiliki kapabilitas apapun.
“Betapa sulitnya ketika Muhammadiyah misalnya mengeluarkan fatwa-fatwa keagamaan, banyak ditentang oleh orang lain, bahkan dideligitimasi secara internal, kita lihat di grup-grup kita. Keberagaman orang saat ini sedemikian terbuka. Orang beragama saat ini persis seperti orang masuk ke suatu mal atau supermarket, dia pilih apa yang dia suka,” kritik Fathurrahman.
Dalam Pengajian PWM Papua Barat, Sabtu (30/1) Fathurrahman melihat bahwa fenomena tersebut adalah gejala serius dalam akidah umat Islam. Fathurrahman mengaku prihatin karena menyaksikan bagaimana proses panjang suatu fatwa yang dirumuskan dengan ketat begitu mudah diremehkan.
Akan tetapi, Fathurrahman berpesan agar para pegiat Muhammadiyah tidak patah semangat. Fathurrahman mengingatkan bahwa orang Muhammadiyah sejati berbuat hanya untuk Allah semata, tidak terpaku pada reaksi manusia.
Fathurrahman juga berpesan agar pegiat Persyarikatan banyak-banyak membaca kembali tulisan atau pesan-pesan keagamaan dari tokoh generasi awal Muhammadiyah.
“Saya kira kalau kita tidak pegang betul apa yang dikatakan oleh para salafus saleh di Muhammadiyah, kita akan capek sendirian. Dan ketika kita capek, batin ini tidak tertata dan konflik itu akan menjadi kenyataan,” tuturnya.
“Maka bagi saya pribadi untuk membangun kebersamaan kita, mari kita awali dari me-refine, memperindah kembali bangunan ruhiyah spiritual kita di Muhammadiyah. Saya sangat yakin orang di Muhammadiyah hatta satpam adalah mujahid yang berjuang di jalan allah,” imbuhnya. (afn)