MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA– Kemajuan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) harus disertai dengan figur dakwah dan amal kebajikan. Marpuji Ali menyebut, selain itu juga harus tetap kedepankan profesionalisme dalam usaha.
Bendahara Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan, sebelumnya banyak yang merasa sangsi dengan Muhammadiyah yang menggabungkan etos amal ikhlas dengan profesionalitas. Sebab di masyarakat luas profesionalisme diukur dengan gaji/imbalan, sementara etos ikhlas kebalikannya.
“Amal ikhlas kok dengan profesional, padahal profesional itu harus ada bayarannya. Tapi Muhammadiyah bisa melaksanakan, memadukan antara amal dengan profesional, amal dan usaha,” ungkapnya pada Selasa (14/9) di acara GSM ‘Aisyiyah Jawa Barat.
Penyebutan AUM pada semua lembaga amal milik Muhammadiyah menurut Marpuji adalah khas dan unik. Sehingga setiap orang yang bekerja di AUM, selain beramal dengan ikhlas, juga harus profesional dan kerja keras.
Dalam kesempatan ini ia juga menegaskan bahwa, ribuan AUM yang dimiliki itu atas nama Persyarikatan Muhammadiyah. Tidak boleh AUM atas nama pribadi-pribadi pejabat di AUM tersebut. Sebab, jika AUM atas nama pribadi masing-masing pejabat, dikhawatirkan akan menimbulkan sengketa kedepannya, dan tidak menjadi hebat.
“Kalau ini menjadi milik bersama, pasti semuanya ingin merawat bersama-sama. Tapi kalau dimiliki sekelompok, segelintir yang sifatnya parsial itu tidak akan menjadi gerakan Muhammadiyah,” sambungnya.
Sementara itu, terkait dengan kepegawaian atau civitas yang mengisi AUM-AUM tersebut harus dipastikan bahwa mereka adalah anggota Muhammadiyah. Sedangkan pegawai yang sudah diterima harus dilakukan pembinaan sesuai dengan PHIWM.
“Karena semuanya kita atur bagaimana senantiasa setia, memegang teguh amanah persyarikatan,” imbuhnya.
Kewajiban lain yang harus dipenuhi sebagai pegawai AUM, imbuh Marpuji, adalah aktif dakwah sesuai kemampuannya untuk lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Misalnya aktif dan ikut meramaikan pengajian Muhammadiyah di sekitarnya, termasuk aktif menyemarakkan masjid-masjid Muhammadiyah.
“Setiap pegawai AUM dia harus merasa mendapatkan amanah di dalam AUM itu. Menjaga kepercayaan ini diperlukan, karena kalau orang beriman kemudian dia amanah maka diserahi AUM, AUM nya menjadi aman,” ucapnya.