MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Kepada Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) Periode 2021 – 2023, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof. Muhadjir Effendy berharap estafeta kepemimpinan ini berdampak positif dan monumental.
Pergantian kepemimpinan PP IPM berdampak positif bukan hanya di level pusat, tapi juga bisa dirasakan sampai pimpinan ranting di seluruh Indonesia. Kepada seluruh kader Muhammadiyah yang aktif di IPM, ia berpesan supaya kesempatan ini dijadikan sebagai tahapan untuk menggali pengalaman yang akan bermanfaat di kepemimpinan mendatang.
“Kalian sebenarnya telah mengakumulasi pengalaman-pengalaman yang kelak pengalaman ini akan bermanfaat, akan sangat berharga ketika kalian semua betul-betul harus memimpin,” tuturnya pada (30/8) di acara Stadium General Pelantikan PP IPM Periode 2021-2023.
Menurut Muhadjir, jabatan kepemimpinan tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak belajar. Belajar maksudnya tidak dalam arti sempit, tapi belajar dalam artian yang lebih luas. Berbagai tantangan yang akan dihadapi selama proses kepemimpinan kata Muhadjir, adalah wahana belajar yang harus dilewati dengan baik dan benar.
“Di setiap kesukaran bagi orang-orang yang bisa mengambil hikmah dengan cerdas atas kesukaran itu, maka akan diakhiri dengan kemudahan,” imbuhnya.
Dalam proses kepemimpinan di manapun, Muhadjir mengingatkan pentingnya akan ikhtiar, dan belajar sungguh-sungguh menyelesaikan masalah menjadi sangat penting. Proses tersebut jika mampu dilalui dengan baik maka akan menjadikan manusia yang sempurna/paripurna.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini juga menjelaskan tentang konflik sebagai proses belajar dan pendewasaan. Ia meminta kepada kader IPM supaya tidak menganggap konflik sebagai suatu yang buruk, sebab di dalamnya ada dimensi kematangan seorang kader.
Ia mengatakan, kader potensial adalah kader yang siap menghadapi konflik. Dengan konflik tersebut kader mencari titik temu yang seimbang, dan secara mandiri menyelesaikan konflik yang dihadapi. Konflik yang dimaksud bukan hanya konflik yang terjadi pada eksternal dirinya seperti organisasi, tapi juga konflik yang terjadi di internal dirinya.
“Anak-anak semacam ini menjadi tanda anak-anak yang akan berhasil, yang hebat. Tetapi sebaliknya kalau konflik menjurus pada destruktif, kepada kerusakan, terdelusinya nilai-nilai akhlak di dalam organisasi, itu yang tidak boleh,” tuturnya.