MUHAMMADIYAH.ID, BANGKA BELITUNG – Esensi ber-Muhammadiyah adalah beramal saleh secara bersama-sama. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Upgrading PWM Bangka Belitung, Sabtu (25/9) bahkan menyebut bahwa ber-Muhammadiyah adalah bagian dari beribadah.
“Nah beribadah itu tidak sekadar ibadah mahdah tapi juga beramal saleh. Nah dengan ber-Muhammadiyah, kita bisa beramal saleh berbarengan secara bersinergi dan itu dahsyat hasilnya,” tutur Haedar.
Haedar mengibaratkan ber-Muhammadiyah itu seperti patungan modal untuk kebaikan yang tidak bisa dicapai jika dilakukan secara mandiri atau individual. Karena itu Haedar berpesan agar kebersamaan itu dikapitalisasi untuk membesarkan dakwah Muhammadiyah.
“Nah apa urgensi yang kita perlukan saat ini? Urgensinya pertama, Muhammadiyah ke dalam masih banyak yang harus terus kita perbaharui. Ada Ranting-Cabang yang hidup mati, ada pengajian, ada anggota-anggota yang hidup mati, jadi ya kita perbaiki, kita perbaharui,” pesannya.
Kapitalisasi modal ini dianggap penting agar Muhammadiyah tidak ketinggalan oleh banyak organisasi dakwah baru yang maju secara pesat dengan memiliki masjid, sekolah, hingga mubaligh yang banyak.
“Nah di tengah persaingan seperti ini kita harus berfastabiqul khairat, melipatgandakan militansi kita. Jangan sampai justru ketika banyak orang bangkit kita justru berjalan apa adanya. Kalau orang melangkah seratus langkah lebih cepat dari kita, sementara kita malah jalan di tempat daripada yang lain ya hasilnya kita ketinggalan dari yang lain. Ini urgensi kita perlu militansi itu. Ada banyak organisasi lain yang lebih maju,” ingat Haedar.
Lebih jauh, Haedar juga berpesan agar kapitalisasi modal itu juga digunakan untuk bangkit secara cepat jika dalam usaha memajukan Muhammadiyah mendapatkan batu sandungan atau kegagalan.
“Biasanya keberhasilan itu banyak bapak-ibunya. Tapi kalau kegagalan itu yatim piatu. Jadi kalau kita berhasil itu maka semua orang akan mengaku ikut berpartisipasi di dalam keberhasilan itu. Bisa bikin sekolah, rumah sakit, universitas, nanti semua orang kecil apapun akan menyampaikan telah berpartisipasi. Itulah yang disebut bahwa keberhasilan itu sering banyak bapak-ibunya,” pesan Haedar.
“Tapi kalau kegagalan itu yatim piatu. Semua orang menghindar, setiap orang bahkan tidak mau mengambil peran untuk membangkitkan. Nah ujian kita di situ. Di saat ada kegetingan, di saat ada kesusahan, kita tetap ada ketangguhan. Kalau tidak bisa sendirian, harus bersama-sama,” tegasnya.