MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Menurut Ketua BPH Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Prof. Bambang Setiadji, UMAM juga bisa disebut sebagai a research university. Ia beralasan karena mahasiswa program doktornya lebih besar, diperkirakan sebanyak 80 persen mahasiswa UMAM dalam waktu 3 tahun pertama ini adalah tingkat doktor.
Selaiknya universitas-universitas lain, mahasiswa program doktor di UMAM adalah mahasiswa yang datang atau membutuhkan institusi kampus sebagai wadah legal untuk membimbingnya dalam melakukan penelitian sehingga mendapat gelar akademik dr/Ph.D.
Prof. Bambang melanjutkan, bahkan di UMAM tidak ada kelas wajib. Menurutnya, mahasiswa UMAM akan sedikit mendapat teori, kalaupun mendapat kuliah itu sifatnya hanya pendalaman saja.
Di sisi lain, keberadaan UMAM juga sebagai penolong Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) yang masih kekurangan banyak doktor. Terkait dengan rekrutmen mahasiswa akan lebih banyak berasal dari dunia Islam. Selain itu, UMAM juga menyediakan slot bagi dosen dari universitas-universitas Muhammadiyah yang belum doktor.
“Dihitung oleh Prof Edy Suandi Hamid itu masih ada 15.000 yang belum doktor. Kapasitas UMAM ini hanya 150 sampai 200 (mahasiswa) setahun. Jadi kalau 15.000 ribu itu 75 tahun baru habis,” ungkapnya.
Kedepan meski akan lebih banyak melakukan pertemuan secara daring atau virtual, namun UMAM juga mendapat pinjaman bangunan atau gedung dari Kerajaan Perlis. Keberadaan universitas secara fisik tetap diperlukan, menurut Prof. Bambang, lokasi fisik diperlukan oleh mahasiswa dalam menulis disertasi supaya bisa fokus dan terlepas sementara dari kesibukan.
Sedangkan terkait dengan metode pembelajaran doktor, Prof. Bambang menjelaskan, kedepan setiap mahasiswa doktoral di UMAM akan memiliki 2 pembimbing, yakni profesor dari Malaysia, dan profesor/lektor senior dari Indonesia. Sedangkan untuk standar kelulusan diantara syaratnya adalah penelitian harus lolos di jurnal internasional bereputasi.
Prof. Bambang menambahkan, merujuk perundangan Malaysia tentang syarat untuk mendirikan universitas di Malaysia adalah harus memiliki Sendirian Berhad (Perseroan Terbatas /PT), hal ini yang menyebabkan universitas-universitas di Malaysia setara dengan profit institutions dan dianggap wajar mengambil profit.
Namun demikian, biaya studi di UMAM masih sangat terjangkau karena setara dengan biaya studi program master maupun doktor di universitas-universitas dalam negeri. Terkait dengan besaran biaya studi itu, menurut Prof. Bambang, bahwa besaran tersebut disesuaikan dengan rata-rata biaya studi di Malaysia.