MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Presiden Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN) Dina Afrianty menerangkan bahwa kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) merupakan sebuah cara pandang.
Dalam acara Seminar Nasional ‘Aisyiyah pada Sabtu (11/06), Dina mengurai empat hal penting dari GEDSI, di antaranya:
Pertama, pemenuhan hak dasar bagi semua individu dan warga negara. Tak terkecuali dengan atribut yang berbeda baik berdasarkan gender, disabilitas, umur, agama, latar belakang etnis/suku, orientasi seksual, warna kulit, dan lain sebagainya. Dengan prinsip pertama ini, sensitif GEDSI berarti membuat orang lain tidak takut menajalani kehidupannya.
“Kita harus memastikan bahwa tidak ada seorang pun baik yang ada di sekitar kita maupun di manapun itu yang haknya tidak dipenuhi. Tidak ada orang dalam belutan rasa takut baik soal makanan, pendidikan, maupun layanan kesehatan,” ujar dosen La Trobe University, Australia ini.
Kedua, menghapus dan memberantas kemiskinan, keterpinggiran, diskriminasi, rasa tidak aman dan nyaman, ketakutan, dan pembedaan perlakuan. Bagi mereka yang memiliki otoritas atau kekuasaan harus bisa memastikan semua orang yang berada di bawahnya mendapatkan keadilan dan perlakuan yang sama.
“Kalau memiliki kekuasaan atau otoritas dimanapun pastikan agar tidak ada dari karyawan atau teman kita yang mendapatkan diskriminasi atau membeda-bedakan perlakuan hanya karena perbedaan tingkat pendidikan, atau lain-lain,” tutur Dina.
Ketiga, mewujudkan kesetaraan gender, inklusi disabilitas sebaga konsep yang berkaitan, tidak berdiri sendiri, terpisah sehingga intervensi dan strategi untu mengatasi ketidakadilan hauslah terintegrasi untuk mewujudkan inklusi sosial.
Keempat, mendorong penguatan pemberian kesempatan dan kemanfaatan secara setara berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Membuka kesempatan kepada perempuan dan menyadari keragaman akan membawa dampak yang baik bagi pertumbuhan di segala bidang.
Bagi Dina, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah selama ini telah menggunakan perspektif GEDSI dalam membangun layanan sosial bagi masyarakat. Pembangunan rumah sakit, sekolah, dan fasilitas sosial lainnya dapat dimanfaatkan oleh lintas golongan tanpa ada diskriminasi.
“Setiap orang bisa mendapatkan akses dan Muhammadiyah telah menyiapkan itu dan sudah memberikan kesempatan yang sama, walaupun bukan warga Muhammadiyah atau umat Islam tapi mendapatkan akses pendidikan,” tutur Dina.
Hits: 2452