MUHAMMADIYAH.OR.ID, CILEUNGSI – Memasuki abad kedua, puluhan ribu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar di seluruh Indonesia hingga luar negeri menjadi ciri kasat mata dari kesuksesan gerakan Persyarikatan.
Di balik penampakan capaian materi-duniawi itu, ada dimensi spiritual yang menggerakkan kesuksesan Muhammadiyah sebagai gerakan amal. Bahkan tak sedikit masyarakat dari kalangan non Muhammadiyah yang ikut berinfak maupun berwakaf untuk mendirikan AUM tersebut.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, suksesnya gerakan amal di kalangan Persyarikatan Muhammadiyah dilandasi oleh dua hal, yakni semangat amal saleh dan semangat fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
“Sehingga kemudian warga Muhammadiyah itu punya komitmen yang tinggi berapapun yang kita sumbangkan di jalan Allah itu bernilai ibadah dan itu adalah investasi dunia dan investasi akhirat,” ucapnya dalam acara pengajian daerah dan pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bogor yang dirangkai dengan Groundbreaking Universitas Muhammadiyah Cileungsi (UMCI), Sabtu (12/8).
Dimensi amal saleh sendiri menurut Mu’ti ada empat. Pertama niat ikhlas sebagai ibadah untuk meraih ridha Allah Swt. Kedua, kaifiyah atau tata caranya harus sesuai dengan syariat atau dalam bahasa modern ‘profesionalisme’. Ketiga, mendatangkan manfaat dan rahmat bagi sekelilingnya. Dan keempat, bersifat islah atau solutif.
“Karena itu Muhammadiyah tidak cukup hanya mengajak kita menjadi orang yang saleh, tapi juga menjadi orang yang muslih, org yang menciptakan kebaikan bagi masyarakat di manapun dia berada. Itulah yang menjadikan spirit Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan yang berkemajuan,” jelasnya.
Adapun dimensi fastabiqul khairat, menurut Mu’ti juga terdiri dari empat hal. Pertama, banyak berbuat kebaikan. Kedua, menebar kebaikan sebanyak-banyaknya ke lingkungan. Ketiga, amal saleh yang dilakukan harus berkualitas (ahsanu amala). Keempat, bersifat istabaqa atau menjadi pelopor dan inovator.
Di lingkungan Muhammadiyah, Fastabiqul khairat menurutnya dipahami bukan soal berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi berlomba-lomba menjadi yang paling unggul, terdepan, dan terbaik.
“Sehingga dengan cara itu Muhammadiyah tidak hanya hadir di mana kita berhimpun di dalamnya tapi jadi gerakan yang kita memiliki kontribusi di masyarakat di mana kita berada dan organisasi dan gerakan yang memiliki keunggulan dan capaian-capaian sesuai spirit fastabiqul khairat,” pungkasnya. (afn)
Hits: 950