MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR—Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir kembali luncurkan buku, kali ini berjudul “Indonesia Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa” yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Acara tersebut dilangsungkan di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar pada, Ahad (15/5).
Dalam sambutannya, Haedar menjelaskan bahwa Indonesia yang diperjuangan dengan darah dan jihad fi sabilillah dan perjuangan oleh seluruh rakyat selama ratusan tahun dan merdeka setelah tahun 1945 merupakan anugerah Allah SWT yang sangat besar, dan Indonesia dikarunia kekayaan yang sangat melimpah.
“Maka ke depan ada dua kunci jika kita ingin menjadi Negara besar, satu ideologi yang akan menjadi peta jalan pemikiran dan langkah bangsa ini, termasuk bagi para elit bangsa. Jadi bangsa Indonesia yang disebut punya Pancasila dan agama, kebudayaan juga hidup di negeri ini. Tiga nilai dasar itulah yang akan menjadi basic nilai ideology,” ungkapnya.
Menurutnya jika kedepan Indonesia tidak memiliki panduan ideologi yakni dasar nilai dan pemikiran-pemikiran besar maka Indonesia akan rapuh. Sebaliknya jika kedepan Indonesia berbasis pada Pancasila, Agama, dan Budaya Luhur Bangsa maka Indonesia akan maju dengan kepribadiannya.
“Yang kedua pada kepemimpinan, pada pemimpin. Pemimpin itu kepala, maka kata pepatah itu ikan busuk dimulai dari kepala. Sebaliknya tentu ikan segar karenanya kepalanya segar,” imbuhnya.
Kedepan Indonesia akan maju sebagai Negara besar juga tergantung pada kekuatan kepemimpinan. Dalam Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Al Mawardi, Haedar menyebut bahwa pemimpin bagi bangsa itu mengurus dua hal yang pertama menegakkan nilai-nilai agama dan yang kedua mengurus urusan dunia dengan benar.
“Kesimpulannya adalah jantung Indonesia itu terletak pada ideologi dan kepala Indonesia tergantung pada para pemimpinnya yang bermartabat utama. Jika Indonesia ingin eksis tergantung jantung dan kepalanya itu,” ungkapnya.
Terkait dengan bukunya ini, Haedar Nashir menjelaskan bahwa buku ini merupakan himpunan dari tulisannya yang pernah dimuat di Republika sejak tahun 2000. Di Republika, Haedar memiliki 264 tulisan.
Sementara di dalam Rubrik Bingkai Republika, Haedar sejak 2005 408 tulisan. Himpunan tulisan tersebut baru diterbitkan menjadi buku pada seri pertama. “Semuanya itu lahir dari tradisi saya di IPM sejak kecil di mana dilatih untuk membaca dan menulis, dan sampai sekarang tradisi itu tetap saya rawat”. Ucap Haedar.