MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Memberikan sambutan forum diskusi dan peluncuran Jurnal MAARIF Edisi ke-37, Ahad (5/9) Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mukhaer Pakkana menyebutkan dua etos gerakan Muhammadiyah.
Pertama, etos itu adalah semangat mengamalkan pemikiran. Dan kedua, adalah etos gerakan inklusif yang berbasis pembebasan dan advokasi.
“Etos gerakan Muhammadiyah itu bukan sekadar gerakan pemikiran atau wacana. Tapi juga harus dilembagakan. Prototipe itu adalah Kiai Dahlan melembagakan pikiran-pikiran yang sudah beliau renungkan secara mendalam sehingga Kiai Dahlan seringkali dikategorisasikan sebagai man of action, manusia gerakan, bukan sebagai manusia pikiran,” tutur Mukhaer.
Hal ini menurutnya dapat dilihat dari bagaimana Kiai Ahmad Dahlan berhasil melembagakan teologi surat Al-Ma’un dan surat Al-Ashr ke dalam ruh gerakan pembebasan dan advokasi Muhammadiyah.
“Dalam teologi Al-Ashr bagaimana Muhammadiyah bisa melampaui zamannya. Jadi kita sebagai pewaris Kiai Dahlan harus memiliki inovasi, pemikiran, gerakan, dan aksi yang melampaui zaman. Saya kira itu DNA pertama Muhammadiyah,” kata Mukhaer.
“Kedua, DNA kita adalah gerakan kita yang inklusif, yakni siap berdialog dengan siapapun, siap bergotong royong dan merangkul siapapun. Dakwah kita adalah merangkul, bukan memukul, bukan dakwah marah-marah,” imbuh Mukhaer.
Inklusivisme Muhammadiyah diterangkan Mukhaer nampak misalnya saat Kiai Dahlan mengajak pihak di luar Muhammadiyah sebagai kawan diskusi untuk memberikan nasehat gerakan Muhammadiyah. Misalnya dengan mengajak dokter Soetomo dan pendeta Van Lith.
Di kesempatan lain, untuk memajukan Muhammadiyah, Kiai Dahlan bahkan sengaja mengundang para tokoh Komunis untuk mengajarkan cara berorganisasi yang benar kepada anggota Muhammadiyah.
“Jadi cukup inklusif sekali Muhammadiyah, bahkan mungkin ini agak gamang bagi kita sekalian. Kiai Dahlan mengajak tokoh tokoh komunis dan ini sangat sensitif kita lakukan tapi Kiai Dahlan berani. Dulu mengajak ISDV yang kelak menjadi PKI. Kiai Dahlan berani mengajak Semaoen, Darsono, dan Bars yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah,” terangnya.