MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sekretaris Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah (MDMC) Arif Nur Kholis mengungkapkan bahwa dalam penanganan bencana di Indonesia, MDMC memiliki program berkesinambungan bahkan sebelum ada bencana.
“Intinya kita memiliki program di tiga fase. Fase saat kejadian bencana, fase pemulihan pasca bencana, dan fase membuat mitigasi dan kesiapsiagaan ketika kondisi normal sebelum terjadi bencana,” ungkap Arif dalam Pengajian Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Kamis (11/2).
Tiga fase utama sebagai fokus program itu dijelaskan Arif sebagai satu kemestian. Sebab, letak Indonesia yang berada di pertemuan lempeng benua mengakibatkan bencana alam sebagai sunatullah sering terjadi.
“MDMC programnya adalah bagaimana memperkuat masyarakat untuk kalau bisa menangani sendiri sebelum bantuan datang karena bantuan pasti butuh waktu,” jelasnya.
Pada fase mitigasi dan kesiapsiagaan, MDMC berusaha membentuk mental masyarakat agar memiliki respon yang benar dan tepat saat terjadi bencana.
Di lini pendidikan misalnya, MDMC menjadi salah satu pelopor dalam pembuatan satuan pendidikan aman bencana dengan memimpin sedikitnya 60 lembaga sejak tahun 2009. Pendidikan mitigasi, juga dilakukan untuk mempersiapkan rumah sakit yang tetap memberikan layanan setelah terjadi bencana.
Dalam penanganan bencana dan fase pemulihan, Muhammadiyah menurut Arif memiliki konsep One Muhammadiyah One Response (OMOR) yang melibatkan semua elemen Persyarikatan untuk aktif mengawal para penyintas bencana alam.
Melalui OMOR, program berkesinambungan yang terus digarap oleh majelis dan lembaga milik Persyarikatan seringkali membuat Muhammadiyah dikenal warga lokal sebagai pihak yang datang paling awal dan pulang paling akhir di lokasi bencana.
“Muhammadiyah ini berfikir bagaimana menolong dengan tuntas. Bukan sekadar semangat di seminggu pertama, tapi bagaimana kalau boleh, sampai rumah itu berdiri lagi kalau (terkena) gempa,” jelas Arif.