MUHAMMADIYAH.ID, KUNINGAN – Setiap era kepemimpinan dianggap selalu berusaha meninggalkan kesan dan jejak warisan yang baik (legacy). Legacy tersulit adalah membentuk sistem dan legacy termudah adalah membangun infrastruktur.
“Jangan pernah merasa kehilangan ketika kita yang mengurus amal usaha itu meninggalkan sesuatu yang berprestasi dan baik. tidak usah diomongkan pun nanti orang akan mencatat lho Pak manan ini menjadi Rektor menjadi ketua yang punya jejak yang bagus,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir pada acara kuliah umum STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jumat (16/7).
Dalam konteks Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Haedar Nashir berpesan agar para pimpinan AUM tidak mempersulit diri untuk meninggalkan legacy sampai melupakan kemampuan objektif diri dan masyarakatnya.
“Jangan bangga bahwa diri kita besar tapi sistemnya rusak atau sistemnya tidak kuat. dan membangun Legacy itu bagus tapi Legacy yang memang dibangun dengan kemandirian, kemudian juga bertahap, lalu akhirnya jadi. Tapi orang Jawa bilang jangan ngoyo woro, menggantang asap. Bahasa Sundanya ‘Adean ku kuda beureum’ (merasa bangga diri dengan barang pinjaman),” pesan Haedar.
“Jadi ingin bangun legacy tapi uangnya pinjem. Pinjem ga kebayar lagi. Gitu kan? Kalau mau minjem ya yang bisa bayar gitu kan? Nanti berapapun malah utangnya jadi apa urusan nenek moyang kita. Kemudian ingin bangun gedung yang hebat api uangnya sedikit. Ya pikir-pikir harus bertahap jangan ngoyo woro seperti itu atau menggantang asap,” tambahnya.
Haedar mengingatkan agar pimpinan AUM tidak nekat dan gampang berhutang. Sebab, ketika hutang semakin besar maka makin banyak hal yang dipertaruhkan. Sebagai gantinya, Haedar berpesan agar AUM di berbagai kota membangun jaringan dan kerjasama.
“Percaya satu sama lain. Di Jawa Barat itu kan ada (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) Kuningan, Cirebon, Tasikmalaya, Ciamis, Bandung, Sukabumi dan semua PTN itu harus berjaringan. Besar bersama. Yang kecil menyangga yang besar, yang besar mengayomi yang kecil. InsyaAllah nanti enggak rugi,” pesan Haedar.
“Kalau jalan sendiri-sendiri nanti, apalagi bersaing tidak sehat itu akan membuat kita menjadi tidak kuat. Tapi yang kecil juga harus punya etos kerja yang tinggi,” imbuhnya.
“Dengan prinsip-prinsip inilah maka Insyaallah STKIP ini akan menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah,” pungkasnya.