MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Gerakan dakwah Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari dakwah pelayanan sosial (bil hal). Sejak awal, bidang kerja dakwah Muhammadiyah meliputi bagian pendidikan, bagian taman pustaka, bagian tabligh, dan bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Menurut Ketua PP Muhammadiyah bidang kesehatan, dr. Agus Taufiqurrahman bagian yang terakhir itu sebagai pengejahwantahan spirit al Ma’un yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan. Di era awal berdirinya Muhammadiyah, gerakan dakwah sosial menjadi bagian yang paling ditekankan oleh KH. Ahmad Dahlan.
“Ngaji Qur’an itu bukan hanya banyak-banyak dibaca terus dihafal, tapi yang penting adalah dipahami dan kemudian dijadikan pedoman untuk berperilaku,” kata dr. Agus pada Kamis (15/4) dalam Kajian Ramadan Sehat dan Aman.
Al Qur’an yang dijadikan pedoman dan inspirasi ini kemudian ‘memadat’, menjadi sebuah gerakan dan amal usaha yang keberadaanya bisa dinikmati sampai sekarang. KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah meskipun dikenal sebagai puritan, namun gerakan dan amal usaha yang dimilikinya bersifat inklusif, artinya bisa dirasakan manfaatnya oleh siapa saja yang membutuhkan.
Dakwah sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan implementasi dari Islam rahmatan lil alamiin. Dalam konteks pandemic covid-19, dakwah inklusi yang dilakukan oleh Muhammadiyah menjelma menjadi Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemic covid-19.
“Muhammadiyah senantiasa berada di posisi jangan sampai kita tidak menjadi teladan dalam ikhtiar menghadapai pandemi ini,” imbuhnya.
Menyinggung maslah vaksinasi yang dilakukan ketika puasa, dr. Agus menyebut bahwa vaksin tidak membatalkan puasa. Hal ini merujuk kepada putusan tarjih yang memutuskan demikian. Meskipun saat ini Muhammadiyah fokus dalam penyelesaian masalah akibat pandemi covid-19, namun dakwah sosial yang dilakukannya tidak terbatas sampai disitu.
Pasalnya, Muhammadiyah sampai saat ini tetap memberi perhatian kepada aksi kemanusiaan, seperti membantu mereka yang sedang mengalami bencana alam, dan lain-lain. Muhammadiyah tidak tinggal diam, dengan segala komponen yang ada Muhammadiyah menerapkan one Muhammadiyah one respon.
Menginggat banyaknya bencana dan terjadi secara bersamaan, Muhammadiyah bersama jaringannya saling bahu-membahu supaya tetap bisa memberikan pelayanan maksimal.
“Kita sudah tidak kaget setiap ada gerakan sejak dari pusat sampai ranting itu semuanya berresonansi,” tandasnya.