MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Indrayanto, Koordinator Tanggap Darurat Rehabilitasi Rekonstruksi (TDRR) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah menceritakan pengalamannya selama menjadi relawan bencana di Sulawesi Barat.
Ia mengatakan bahwa penanganan bencana kali ini berbeda dan lebih berat karena adanya covid-19. “Ada beban yang harus ditambah, beban covid-19 dimana setiap sore para relawan harus di screening apabila ada yang positif harus isolasi dan sebagainya. Kemudian harus menambah peralatan dan proses penanganan bencana saat covid-19,” ungkapnya, Kamis (28/1).
Tak hanya itu, berbeda dengan biasanya masyarakat di Sulawesi Barat terutama di daerah yang terdampak terparah di Majene dan Mamuju perbatasan banyak yang masih takut beraktivitas.
“Kalau di Lombok atau pun Pidie atau di Yogya isu yang berkembang itu cepat diredam. Tapi di sini sedikit berbeda ada ketakutan berlebihan dan isu yang berkembang semakin banyak karena faktor psikologi sehingga masyarakat untuk kembali ke rumah ini masih enggan,” jelasnya.
Bahkan sampai hari ini masyarakat masih tinggal di tenda dan ada yang masih tinggal di Bukit. Berbeda ketika menangani bencana di Bantul dan Lombok saat itu isu tsunami bisa diredam dan masyarakat mau kembali beraktivitas.
Namun menurutnya itu terjadi karena ada beberapa faktor. Pertama berkaitan dengan kecepatan Pemerintah setempat menangani informasi. Seperti misalnya setelah bencana apa yang harus dilakukan, pengondisian pasca bencana, dan lainnya.
“Karena ada kejadian kemarin ketika bangunan yang sudah miring kalau tidak dirobohkan bisa roboh sendiri. Kemarin ada satu bangunan roboh tanpa ada satu dua hal karena tidak segera dirobohkan,” terangnya.
Faktor teknologi pun juga berpengaruh. Misal tersebarnya informasi melalui whatsapp group kemudian disebar luaskan menjadi kepanikan di masyarakat.
“Maka edukasi dan psikososial penting di masyarakat agar bisa segera bangkit dan menyelesaikan segala urusannya. Namun tantangan lainnya adalah covid-19 ini jadi tantangan yang luar biasa untuk relawan,” kata dia.
Hal tersebut disampaikan Indrayanto dalam program Radio Muhammadiyah, Ngopi Bareng Den Budi, yang disiarkan langsung di Facebook Radio Muhammadiyah.
Hits: 999