MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Jelang penutupan akhir tahun, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah selenggarakan refleksi pada, Kamis (22/12) yang diselenggarakan secara daring.
Refleksi Akhir Tahun dan Milad MLH PP Muhammadiyah ini menghadirkan narasumber dari internal Persyarikatan Muhammadiyah seperti Rahmawati Husein selaku Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ‘Aisyiyah dan Ketua LPM UMY, Gatot Supangkat.
Selain itu juga ada narasumber dari Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Laksmi Dhewanthi.
Wakil Ketua MLH PP Muhammadiyah, Mohammad Nurcholis dalam sambutannya menuturkan bahwa isu-isu tentang pelestarian lingkungan membutuhkan sinergi seluruh pihak yang memiliki kepedulian.
Ke depan, melihat bencana di Indonesia yang kian kompleks, MLH PP Muhammadiyah menginventarisir setidaknya terdapat tiga krisis meliputi krisis lingkungan hidup alami seperti biodiversity, deforestasi, degradasi lahan, kawasan pesisir dan laut, kerusakan ekosistem dan lain-lain.
Selain itu juga ada ancaman krisis pada lingkungan perkotaan akibat dari keinginan manusia hidup di perkotaan yang menimbulkan masalah dari perumahan, sampah, limbah atau pencemaran. Termasuk juga terdapat ancaman dari ketidakadilan lingkungan hidup, ha katas lingkungan hidup dan konflik lingkungan hidup.
“Dan juga bagaimana saat ini yang semakin marak itu tentu tentang ketidak adilan lingkungan hidup, hak atas lingkungan hidup dan konflik lingkungan hidup. Dan juga permasalah politik ini juga sangat besar terhadap gangguan lingkungan,” ucapnya.
Sementara itu, melihat bencana alam yang terjadi di Indonesia pada rentang waktu tahun 2022, Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, Rachmawati Husein menyampaikan bahwa, mayoritas bencana alam yang terjadi di Indonesia disebabkan karena kerusakan lingkungan.
Banjir sebagai penyumbang bencana alam ketiga terbanyak di Indonesia, imbuh Amma, lebih banyak disebabkan karena faktor manusianya. Terjadinya banjir tidak bisa dipungkiri juga disebabkan adanya perubahan tata ruang.
“Perubahan tata ruang itu digunakan untuk penambangan, illegal logging, perkebunan, persawahan, pemukiman, pariwisata ini membuat lanskap ruangan itu terganggu sehingga sering kali terjadi banjir, maupun banjir bandang.” ucapnya.
Menurutnya, jika dikalkulasi maka akan ditemukan bahwa kerusakan lingkungan yang mengakibatkan bencana alam di Indonesia ini kebanyakan disebabkan oleh ulah tangan manusia. Amma menyebut, beberapa sebab di atas itu belum termasuk proyek-proyek reklamasi yang dilakukan oleh beberapa daerah yang disetujui oleh kebijakan politik.
Hits: 115