MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Tata cara salat dhuha (disebut juga sholat awwabin) adalah sebagai berikut:
- Dilaksanakan pada salat matahari sudah naik kira-kira sepenggal atau setinggi tonggak (maksudnya bukan pada waktu matahari baru terbit), dan berakhir menjelang masuk waktu zhuhur (Berdasarkan HR. Muslim dari Ummu Hani’). Dalam Jadwal Waktu sholat, waktu sholat dhuha dimulai sekitar setengah jam setelah matahari terbit (syuruq).
- Salat dhuha dapat dilaksanakan dua rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari Abu Hurairah) atau empat rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari ‘Aisyah) atau delapan rakaat dengan melakukan salam tiap dua rakaat (berdasarkan HR. Abu Daud dari Ummu Hani’ atau boleh dikerjakan dengan jumlah rakaat yang kita inginkan. Berdasarkan hadis: Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw mengerjakan sholat dhuha empat rakaat dan adakalanya menambah sesukanya.” (HR. Muslim).
- Sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus setiap hari. Berdasarkan hadis:“Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah Nabi Saw. selalu melaksanakan sholat dhuha?”, ‘Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.” [HR. Muslim]. Syu’bah meriwayatkan dari Habib bin Syahid dari Ikrimah, ia mengatakan; “Ibnu ‘Abbas melakukan sholat dhuha sehari dan meninggalkannya sepuluh hari”. Sufyan meriwayatkan dari Mansur, ia mengatakan; “Para sahabat tidak menyukai memelihara sholat dhuha seperti sholat wajib. Mereka terkadang sholat dan terkadang meninggalkannya”.(Zad al-Ma’ad, juz 1, hal 128, terbitan Dar ar-Royyan li at-Turats)
- Salat dhuha dapat dikerjakan secara berjamaah. Berdasarkan hadis: “Diriwayatkan dari Itban bin Malik —dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang ikut perang Badar dari kalangan Ansar— bahwa dia mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku. Jika musim hujan datang maka mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka, sehingga aku tidak bisa mendatangi masjid untuk mengimami mereka, dan aku suka jika engkau wahai Rasulullah datang ke rumahku lalu sholat di suatu tempat sholat sehingga bisa kujadikannya sebagai tempat sholat ku. Ia meneruskan: Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Akan kulakukan insya Allah”. Itban berkata lagi: Lalu keesokan harinya Rasulullah saw dan Abu Bakar ash-Shiddiq datang ketika matahari mulai naik, lalu beliau meminta izin masuk, maka aku izinkan beliau. Beliau tidak duduk sehingga masuk rumah, lalu beliau bersabda: “Mana tempat yang kamu sukai aku sholat dari rumahmu? Ia berkata: Maka aku tunjukkan suatu ruangan rumah”. Kemudian Rasulullah saw berdiri lalubertakbir, lalu kami pun berdiri (sholat) di belakang beliau. Beliau sholat dua rakaat kemudian mcngucapkan salam”. [Muttafaq Alaih]. Ada juga hadis lain: “Diriwayatkan dari ‘Itban ibn Malik, bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan sholat di rumahnya pada waktu dhuha, kemudian para sahabat berdiri di belakang beliau lalu mengerjakan sholat dengan sholat beliau.” (HR. Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban).
Penulis: Ilham
Editor: Fauzan AS