MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Berangkat dari cita-cita Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, menurut Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader PP ‘Aisyiyah, Norma Sari, cita-cita tersebut sebagai filosofi gerakan dakwah Muhammadiyah yang bukan hanya dalam konteks ke-Indonesiaan saja, tapi seluruh alam semesta.
Norma Sari melanjutkan bahwa dakwah Muhammadiyah bukan hanya melahirkan kader persyarikatan, tapi juga kader umat, kader bangsa, dan kader kemanusiaan universal. Kader kemanusiaan universal tersebut menegaskan bahwa dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah bukan hanya bagi Indonesia semata.
“Apapun yang digagas dan dilakukan oleh Muhammadiyah sebenarnya adalah representasi gerakan dakwah Islam, dan diarahkan untuk pencapaian cita-cita tersebut,” ucapnya pada (1/10) di acara Kajian Indahnya Cahaya Islam yang diselenggarakan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
Di masa sekarang, dakwah tidak cukup dilakukan ‘apa adanya’, melainkan harus dikemas atau direpresentasikan dan dilakukan secara terukur. Hal itu dilakukan supaya jangkauan spektrum dakwah persyarikatan lebih luas. Menurut Norma, jika representasi gagal diterapkan maka jangkauan spektrumnya tidak akan luas.
Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah periode 2016-2020 ini menjelaskan, oleh karena itu gerakan dakwah jamaah Muhammadiyah ingin menawarkan solusi alternatif atas berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat.
Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) Muhammadiyah dimaksudkan untuk setiap jamaah di lingkungan tempat tinggal mereka supaya mengambil prakarsa dan membangun kehidupan bersama dengan masyarakat lain. Norma mengingatkan, bahwa dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan di berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, sosial, ekonomi, kebudayaan, hukum, dan lain-lain.
“Tentu di rentang sejarah ini Muhammadiyah sangat teruji untuk kemudian menghadirkan nuansa dakwah yang sangat komprehensif. Muhammadiyah tidak hanya memaknai dakwah ini hanya sebagai aktivitas tabligh,” urainya.
Dakwah dalam pandangan Muhammadiyah menurut Norma adalah bagian dari upaya transformasi masyarakat, yakni mentransformasikan masyarakat dari ‘kegelapan’ menuju pencerahan. Penting untuk dicatat, transformasi tersebut bukan hanya mengubah, melainkan mentransformasikan nilai-nilai sehingga menjadi inovasi berkelanjutan.