MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYKARTA– Berbeda dengan dunia militer, di dunia sosial-politik dua tambah dua hasilnya tidak selalu empat, Ahmad Syafi’I Ma’arif berpesan kepada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahwa gejolak dunia politik tidaklah mudah.
Buya meneruskan, di jaman paska kebenaran meskipun sebagai era yang berat namun jika ingin menjadi negarawan tidak boleh mundur. Menurutnya, demokrasi di Indonesia saat ini belum mencapai titik yang menggembirakan. Diantaraya ditandai dengan semkin rusaknya lingkungan dan korupsi yang merajalela.
Di sisi lain Buya juga meminta supaya partai politik yang ada di Indonesia untuk bisa saling kolaborasi. Serta kepada politisi sudah waktunya naik kelas menjadi negarawan. Selain itu, kepada para poltisi menurutnya tidak baik berada di bawah bayang-bayang tokoh lain, harus berani menjadi dirinya sendiri.
“Demokrasi harus dihormati, politik harus terbuka dan pemilihan pemimpin harus dilakukan secara transparan. Memang memerlukan kesabaran tingkat tinggi untuk Indonesia ini,” tegas Buya Syafi’I pada (3/4) saat menerima Silaturahim AHY secara virtual dari Pusat Syiar Digital Muhammadiyah.
Ia berharap, kedepan demokrasi di Indonesia berjalan lebih baik. Termasuk dalam aktualisasi Pancasila, menurutnya, aktualisasi Pancasila saat ini hanya ‘diawang-awang’. Bahkan Sila Kelima dari Pancasila menurut Buya belum ‘turun ke bumi’. Terlbih di masa pandemi covid-19 ini, disparitas antara si kaya dan si miskin semakin tajam.
Karena itu, Buya Syafi’I meminta dengan sungguh-sungguh supaya partai politik bisa membantu secara serius dan membela rakyat. Karena rakyat sudah sangat menderita terlalu lama, misalnya para petani Indonesia termasuk petani garam. Menurutnya, Indonesia sebagai negara dengan garis pantai yang panjang, menjadi keanehan jika Indonesia mengimpor garam.
Melihat realitas politik yang terjadi di Indonesia dari masa ke masa, Buya Syafi’I menerangkan bahwa, sebelum era kemerdekaan para politikus Indonesia berasal dari kalangan terdidik. Namun di era sekarang terdapat perbedaan tentang intelektualitas politisi, akan tetapi bakat perpecahan yang dimiliki masih sama saja.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Uni Soviet, Buya mengajak bersyukur karena Indonesia masih bisa bertahan dengan segala perbedaan yang ada di atasnya.
Sepakat dengan yang disampaikan Buya Syafi’I, AHY berharap kedepan partai politik bisa semakin banyak melahirkan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas, integritas, tidak hanya berdiri di atas populisme saja tapi juga memiliki keutuhan dalam kapasitas dan integritas.
“Selebihnya kami ingin berproses Buya, kami minta doa. Mohon doa restu kami ingin terus membangun kader partai yang beretika, bermoral, dan memiliki kapasitas yang baik,” ucap AHY.
Hits: 3