MUHAMMADIYAH.OR.ID, PONTIANAK—Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak, Dody Irawan di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 mengakui, bahwa membangun Teknologi Hijau di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Termasuk diantaranya belum maksimalnya dukungan kebijakan dari pemerintah.
Kendala tersebut bukan hanya dihadapi oleh masyarakat umum, bahkan masyarakat akademik pun mengalami hal yang sama. Dia menjelaskan selain dukungan pemerintah, di Indonesia sekurang-kurangnya terdapat lima tantangan untuk mengembangan Teknologi Hijau di Indonesia.
Tantangan tersebut meliputi, pengembangan penelitian dan pengembangan yang dalam hal ini menjadi domain masyarakat akademik atau universitas-universitas di Indonesia, selanjutnya terganjal masalah biaya yang masih tinggi, membutuhkan SDM yang berkualifikasi, rendahnya insentif fiskal dan non fiskal.
Tantangan tersebut menjadikan teknologi lama yang kurang efisien dan menimbulkan polusi tinggi masih digunakan di Indonesia.
Pada Seminar yang diadakan di UM Pontianak pada, Sabtu (9/4) yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Muhammadiyah Channel tersebut Dody menyebut, bahwa untuk mencegah krisis iklim tidak bisa dilakukan sepihak kelompok sosial masyarakat seperti masyarakat akademik ataupun elite politik, tapi harus bersinergi sebab ini masalah bersama.
“Masyarakat juga perlu diajak bersama-sama untuk bisa bersama-sama kita bagaimana secara sosial dan ekonomi untuk bisa mencegah dari perubahan iklim,” tuturnya.
Sebagai alumni Jurusan Teknik Industri, Dody mengaku bahwa di sisi lain sudah ada sebagian masyarakat yang mulai menaruh perhatian tentang Teknologi Hijau. Ia mencontohkan sekarang semakin banyak universitas-universitas yang ramai-ramai memproduksi kendaraan listrik, seperti mobil dan motor listrik.
Namun demikian, hal ini masih membutuhkan dukungan kuat melalui kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam transformasi teknologi ini.
Sebab, berkaca dari beberapa riset yang dilakukan oleh mahasiswanya, transformasi teknologi ini bisa diaplikasi sampai pada hal-hal yang mendasar, seperti kombinasi listrik berbahan bakar fosil dengan energi matahari untuk kebutuhan rumah tangga. Artinya potensi-potensi itu ada dan membutuhkan dukungan di bidang kebijakan.
Namun demikian, Muhammadiyah dengan ratusan perguruan tingginya bisa mengambil bagian peran untuk riset tentang penyelamatan lingkungan melalui pembangunan Teknologi Hijau ini. Dody menggarisbawahi, meski leading sektornya PTMA tapi dikerjakan lintas majelis, lembaga, dan organisasi otonom (MLO) di Muhammadiyah.
Dody menambahkan, pihaknya dalam hal ini UM Pontianak dengan konsorsium berencana melakukan riset di Uni Eropa. Ia menjelaskan bahwa secara garis besar kurang tema-tema risetnya akan seputar pemanfaatan energi matahari, biogas, termasuk juga tentang ekonomi dan sosial yang bertaut dengan urusan-urusan energi.