MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Jumat, 1 April 2022, warga Muhammadiyah sudah mulai melaksanakan salat tarawih. Lantas berapa rakaat salat tarawih yang tepat menurut hadis Nabi Saw? Memang terdapat pendapat dan praktik yang beragam mengenai jumlah rakaat salat tarawih.
Ada yang mengerjakannya 47 rakaat termasuk witirnya 7 rakaat, empat puluh satu rakaat termasuk witir, tiga puluh sembilan dengan tiga rakaat witir, dua puluh tiga rakaat termasuk witir tiga rakaat, sebelas rakaat termasuk witir.
Dari keseluruhan ragam praktik dan pendapat mengenai jumlah rakaat tarawih di atas, yang benar-benar ada dasarnya di dalam hadis-hadis Nabi saw yang sahih adalah pendapat terakhir yang menyatakan bahwa salat tarawih itu jumlah rakaatnya adalah sebelas rakaat termasuk witir.
Adapun yang lainnya adalah hasil ijtihad atau berkembang dalam tradisi dan tidak ada dasarnya secara langsung di dalam hadis-hadis Rasulullah saw. Oleh karena itu selayaknya diikuti praktik yang rajih, yaitu yang memiliki dasarnya dalam hadis-hadis sahih, dalam hal ini salat tarawih sebelas rakaat. Yang lainnya dipandang sebagai pendapat atau praktik yang marjuh (tidak kuat).
Dari Abu Salamah Ibn ‘Abd ar-Rahman [diriwayatkan] bahwa dia bertanya kepada ‘Aisyah tentang bagaimana salat Rasulullah saw di [bulan] Ramadan. ‘Aisyah menjawab: Beliau salat di bulan Ramadan –dan di bulan lainnya– tidak lebih dari sebelas rakaat.
Beliau salat empat rakaat, maka jangan engkau tanya tentang baik dan lamanya. Kemudian beliau salat lagi empat rakaat, maka jangan engkau tanya baik dan lamanya. Kemudian beliau salat tiga rakaat. Lalu aku (‘Aisyah) bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum mengerjakan witir? Beliau menjawab: Wahai ‘Aisyah, kedua mataku memang tidur, tetapi hatiku tidak tidur [HR riwayat Jamaah Ahli Hadis, kecuali Ibn Majah].
Hadis ‘Aisyah ini adalah hadis tentang salat Tarawih karena hadis ini adalah jawaban terhadap pertanyaan Abu Salamah Ibn ‘Abd ar-Rahman kepada ‘Aisyah tentang salat Rasulullah saw di bulan Ramadan, yaitu salat Tarawih.
Al-Bukhari sebagai salah seorang rawinya memasukkan hadis ini dalam “Kitab Tarawih” dalam kitab Shahih-nya. Beliau tidak memasukkannya dalam kelompok hadis-hadis witir dalam “Kitab Witir”. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa hadis ini tentang witir tidak tepat.