MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAROKO– Darul Ahdi Wa Syahadah, adalah konsep berbangsa dengan azas kesepakatan dengan umat lain, bahwa falsafah kita adalah Pancasila dan hukum dasar kita adalah UUD ‘45.
Demikian disampaikan oleh Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah pada (9/6) dalam acara Webinar Pra Muscab I yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kerajaan Maroko.
“Tapi negeri ini tidak hanya darul ahdi (konsensus nasional), tapi juga darul syahadah yaitu medan dan ajang bagi kita mengisi dan membuktikan kesepakatan kita itu,” imbuhnya
Menurut Abbas, mengisi dan membuktikan atas kesepakatan tersebut sebagai titik poin penting bagi kader diaspora Muhammadiyah yang bukan hanya di Maroko, tapi juga belahan dunia lain.
Menginggat pesan yang disampaikan oleh Dawam Rahadjo pada dirinya, Abbas merinci, bahwa untuk membuktikan kesepakatan tersebut demi mencapai cita-cita menjadikan negara yang aman dan damai (dar al salam), setidaknya ada 11 elite strategi yang harus diisi oleh para kader Muhammadiyah.
Sepuluh elite strategis tersebut secara berurutan ialah elite strategi ulama, politisi, cendikiawan, pengusaha, birokrat, profesional, pendidik, budayawan, pekerja sosial, militer dan penegakan hukum.
“Jadi ada 11 elite strategis yang harus kita isi, jadi kalau memakai darul ahdi wa syahadah kita harus bisa unjuk diri di masing-maasing elite strategis itu. Dan ternyata umat Islam itu sangat dominan semuanya, kecuali di 1 elite strategis pengusaha,” tuturnya
Anwar Abbas menegaskan, di puncak piramida pengusaha, umat muslim gagal untuk menempatkan kadernya. Bukti empirisnya, dari 10 orang terkaya di Indonesia, hanya 1 orang yang beragama Islam. Bahkan di 50 orang terkaya di Indonesia, umat Islam hanya menyumbang 6 orang saja.
Mengutip teori Jeffrey A. Winters, menurut Abbas, yang menjadi penentu di suatu negeri itu adalah politisi dan kaum kapital. Perselingkuhan antara politisi dan pemodal ini erat kaitannya dengan cost politik yang besar di Indonesia. Bahkan merujuk beberapa data, sebanyak 95 persen calon yang maju di Pilkada tahun 2020 dibiayai oleh kaum kapital.
“Apabila ekonomi power dan politik power berada di satu tangan, di satu kelompok orang, maka dia akan melahirkan rezim yang tirani-rezim yang dhalim,” ucap Abbas mengutip Milton Friedman