MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadan menjadi hari-hari yang ditunggu setiap muslim, tidak lain mereka menantikan lailatul qadar. Tidak sedikit muslim menyediakan waktu khusus untuk itikaf di masjid-masjid demi mendapatkannya, lantas apa tanda datangnya lailatul qadar ?
Terkait dengan sering munculnya pertanyaan tersebut, Anggota Bidang Kaderisasi dan Organisasi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Budi Jaya Putra menjelaskan bahwa tidak ada yang mengetahui datangnya lailatul qadar, akan tetapi seseorang tetap bisa merasakan datangnya, namun demikian tanda tersebut belum bisa dipastikan.
Merujuk hadits dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh ath-Thayalisi dan dari Abi bin Ka’ab yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Budi menjelaskan bahwa di antara tanda-tandanya adalah malamnya terasa sejuk tidak panas – tidak dingin, pada waktu pagi harinya cahaya mentari lembut dan berwarna merah, seakan-akan matahari tersipu malu terbit namun sinarnya menghangatkan.
“Ciri tersebut dapat kita rasakan, tetapi tidak bisa kita pastikan. Lailatul qadar bukan hanya didapatkan oleh mereka yang beri’tikaf saja, orang yang melakukan aktivitas lain pun selagi dalam hal kebaikan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda”. Tuturnya pada, Ahad (24/4) di acara Kajian Islam yang diadakan IMM FTI UAD.
Mengingat bahwa tidak hanya orang yang beri’tikaf saja yang akan mendapatkan lailatul qadar, maka Budi berpesan supaya umat muslim senantiasa menetapi atau selalu berada dalam situasi atau pekerjaan yang baik. Tidak cukup baik, tapi kebaikan tersebut harus dilakukan secara maksimal dan ikhlas.
“Oleh karena itu, senantiasa kita manfaat sepuluh hari terakhir Ramadan dengan berbuat baik semaksimal mungkin,” imbuhnya.
Di hadapan peserta secara virtual, Budi juga mengajak untuk meniru kebiasaan Rasulullah ketika berada di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Di sepuluh hari bulan Ramadan, Rasulullah menyibukkan diri beribadah, berbuat kebaikan, menebar kebermanfaatan, serta mengistimewakan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan dengan i’tikaf, mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Budi menyebut, bahwa lailatul qadar merupakan malam yang dinantikan oleh semua orang muslim karena begitu besar keutamaannya. Sehingga umat muslim harus senantiasa bersungguh-sungguh dalam beribadah untuk meraih kemuliaan Allah, sebab tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan lailatul qadar itu datang.
“Oleh karena itu, waktu turunnya malam lailatul qadar dirahasiakan oleh Allah di sepuluh malam terakhir agar umat Islam bersungguh-sungguh meraih kemuliaan tersebut. Malam tersebut digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, dijelaskan secara langsung dalam surah Al-Qadr,” paparnya.