MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Pada tahun 2002, penghimpunan maupun penyaluran dana masyarakat dalam Muhammadiyah dilembagakan meluli Lazismu. Kini, Lazismu memiliki 1403 kantor yang tersebar di seluruh kawasan Nusantara. Berdirinya Lazismu ini tidak lain mengambil spirit kedermawanan dan gotong royong yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan.
Mahli Zainuddin Tago menerangkan bahwa sebagai lazis yang bergerak di bidang pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah, amil atau relawan dalam Lazismu terbagi dalam kategori di antaranya: pertama, dewan syariah yaitu konsultan keagamaan yang berfungsi untuk menentukan apakah suatu dana bisa diterima atau tidak.
Kedua, badan pengawas yang berfungsi untuk meneliti dan memerika ketertiban administrasi keuangan. Ketiga, badan pengurus seperti ketua, sekretaris, dan lain-lain. Keempat¸ eksekutif yaitu kepanjangan tangan dari badan pengurus yang bekerja sehari-hari. Mahli kemudian menegaskan bahwa meski memegang dana miliaran, relawan di Lazismu samasekali tidak diberikan gaji.
“Semua saya kira bisa disebut sebagai relawan Lazismu, hanya ada yang full time ada yang part time. Ketika sebuah kantor mampu menghimpun dana sedemikian rupa sehingga dari prosentase untuk amil itu bisa menghidupi kantor itu maka bisa mengangkat tenaga full timer atau pegawai tetap,” ungkap Sekretaris Lazismu PP Muhammadiyah ini dalam acara yang diselenggarakan pada Selasa (17/08).
Sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern, kata Mahli, Lazismu memiliki mitra kerja baik internal Muhammadiyah maupun eksternal. mitra kerja internal dari Lazismu meliputi Majelis Lembaga Ortom (MLO), dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Sedangkan mitra kerja eksternalnya meliputi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Enuma, dan lain-lain.
Dengan budaya kerja amanah, profesional dan transparan, Mahli mengungkap rasa syukur lantaran setiap tahunnya, Lazismu kian banyak dipercaya masyarakat. Tahun 2020, Lazismu berhasil menghimpun dana secara nasional hingga total Rp. 188,6 miliar. Jika diurutkan zakat: Rp. 59,7 miliar, infak/sekedah tidak terikat: Rp. 48,2 miliar, infak/sedekah terikat: 37,1 miliar, Corporate Social Responsibility (CSR): Rp. 21,3 miliar, dan Dana Sosial Kemasyarakatan (DSK): Rp. 22 miliar.
“Alhamdulilah Lazismu kita ini makin dipercaya dan karena makin dipercaya kita makin berdaya. Dana tidak terikat ini misalnya dana untuk bencana yang beruntun terjadi seperti di Lombok, Palu, Banten, dan pandemi,” terang dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Pada tahun ini yaitu 2021, prestasi Lazismu dalam mengimpun dana sangat menggembirakan. Baru berjalan 6 bulan, Lazismu berhasil mengumpulkan dana hingga Rp. 63,4 miliar. Himpunan dana tersebut yang diterima kantor pusat Lazismu di Menteng, belum mencakup skala nasional. Diharapkan dana yang terhimpun akan semakin banyak supaya lebih memudahkan dalam menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan.