MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pakar Falak Muhammadiyah Oman Fathurrahman menyebut dalam rentang 2001 s/d 2021 telah terjadi 49 kali gerhana bulan. Dari 49 kali, 19 kali gerhana bulan total (14 kali melewati Indonesia), 11 kali gerhana bulan parsial, dan 19 kali gerhana bulan penumbral.
“Jadi gerhana itu bisa terjadi dalam beberapa macam. Ada gerhana bulan total, gerhana bulan parsial, dan gerhana bulan penumbral. Yang kita alami pada malam ini adalah gerhana bulan total,” ungkap Oman Fathurrahman dalam acara Diskusi Gerhana Bulan Total yang diselenggarakan Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan pada Rabu (26/05).
Berdasarkan perhitungan ilmu falak (astronomi Islam), pada rentang tahun 2022-2030 akan terjadi 20 kali gerhana bulan. Di antara 20 kali gerhana bulan tersebut, 8 kali gerhana bulan total (5 kali melewati Indonesia), 6 kali gerhana bulan parsial, dan 6 kali gerhana bulan penumbral.
“Ini sudah diperhitungkan sedemikian rupa, termasuk rincian jamnya dan seterusnya. Demikian ini yang ditemukan oleh ilmu astronomi atau ilmu falak, dengan perhitungan-perhitungannya. Ini bisa diprediksi bukan hanya sampai tahun 2030, sampai 100 tahun lagi sekalipun sudah bisa kita prediksi,” tutur Oman.
Oman menjelaskan bahwa gerhana terjadi karena bumi dan bulan adalah benda gelap. Akibatnya, ketika tersinari matahari akan menimbulkan bayang-bayang. Selain itu, bumi dan bulan masing-masing beredar pada orbitnya. Akibatnya, posisi bumi, bulan, dan matahari berubah-ubah.
“Bumi mengelilingi matahari, dan bulan mengelilingi bumi, sama-sama bergerak pada orbitnya hanya saja kecepatannya berbeda,” ungkap Oman.
Karenanya, kata Oman, gerhana bulan merupakan fenomena ketika posisi bumi berada sejajar di antara matahari dan bulan. Posisi tersebut menyebabkan bayang-bayang bumi menutupi sinar matahari ke bulan.