MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA– Sebagaimana disampaikan Wachid Ridwan, Program Koordinator Muhammadiyah AID kepada reporter muhammadiyah.or.id, pada (7/6). Program bantuan kemanusiaan internasional yang diberikan oleh Muhammadiyah tidak bertendensi politik, tidak parsial atau harus netral,
Wachid menambahkan, Muhammadiyah dalam kiprah bantuan untuk kemanusiaan internasional bisa dibilang bukan pemain baru.
Muhammadiyah meski sebagai oragnisasi berbasis agama (faith-base organization), tapi dalam aksi kemanusiaan dijalankan secara inklusi. Ia menekankan bahwa, bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah tidak memandang warga dan kebangsaan, termasuk juga keimanan, tapi sepanjang Muhammadiyah memiliki kemampuan, bantuan akan diberikan.
“Kita tidak mengkhususkan diri di isu-isu muslim, tapi isu-isunya memang lebih banyak yang ada nuansa agamanya,” tutur Wachid
Menjelaskan proses dan cara masuknya Muhammadiyah AID dalam kasus dan isu-isu kemanusiaan internasional, Wachid mengatakan, Muhammadiyah AID tidak mengabaikan rambu-rambu yang sudah disepakati secara internasional. Ia juga menjelaskan bahwa tidak semua bencana internasional Muhammadiyah bisa masuk, hal ini tergantung dengan kategorisasi declare atas bencana tersebut.
Misalnya kasus yang terjadi di Rohingya, di mana negara Myanmar telah men-declare bahwa itu sebagai bencana internasional, sehingga Muhammadiyah AID bisa masuk dan membantu di sana. Model bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah dalam penanganan bencana bukan hanya datang, memberi, lalu pergi. Melainkan ada tahapan-tahapan yang dikerjakan secara tuntas-berkesinambungan.
Aksi kemanusiaan internasional yang dilakukan oleh Muhammadiyah juga sudah diakui oleh World Health Organization (WHO), bahkan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) tercatat telah memiliki Emergency Medical Team (EMT) yang memenuhi standar WHO.
“Jadi nanti kita tidak perlu ada visa-visa dari negara yang bersangkutan, kita bisa memakai itu,” imbuhnya
Namun Wachid menyayangkan, sertifikasi yang dilakukan oleh WHO ini terkendala pandemi covid-19. Padahal seharusnya sertifikat resmi dari WHO ini sangat berguna bagi Muhammadiyah sebagai legitimasi untuk melakukan aksi-aksi kemanusiaan internasional.
Meski demikian, aksi-aksi kemanusiaan internasional yang dilakukan oleh Muhammadiyah AID tidak boleh melanggar rambu-rambu yang telah disepakati oleh negara-negara internasional.