MUHAMMADIYAH.OR.ID, PASAMAN—Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PP Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad di sela acara kunjungan Penilaian LPCR Award 2022 ke Pasaman Barat menyampaikan bahwa Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang dimiliki oleh cabang maupun ranting tidak boleh hanya ada, tapi juga sebagai pusat keunggulan.
Menurut Jamal hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, bahwa keberadaan AUM harus menjadi Center of Excellence. Oleh karena itu, keberadaan AUM tidak boleh hanya ada untuk menambah deret jumlah, tapi juga harus selaras dengan semangat berkemajuan.
Dalam menggapai keinginan menjadi pusat keunggulan tersebut, AUM harus didukung oleh ekosistem jamaah yang sehat. Sehat dalam arti yang luas, termasuk sehat secara ekonomi. Menurutnya, jika jamaah sehat pada bagian tersebut bisa melaksanakan ciri DNA Warga Muhammadiyah yaitu, gemar bersedekah, berinfak, dan zakat.
“Salah satu DNA Muhammadiyah adalah pengikutnya, para anggotanya suka dan hobi berinfak, bersedekah, dan berzakat. Karena jangan terlalu berharap kepada orang lain, tapi mari kita bangkit tumbuh, berkembang, mandiri dengan mengeluarkan infaq, shadaqah, dan termasuk wakaf tunai,” tutur Jamal di hadapan Anggota dan Pimpinan Muhammadiyah di Pasaman Barat.
Pertemuan singkat yang dilakukan pada (28/11) di Kompleks Islamic Center Alamanda Kinali tersebut Jamal juga menyampaikan tentang enam indikator cabang dan ranting unggul. Karena menjadi cabang dan ranting unggul dan berdaya saing tidak cukup dengan kerja kata, tapi kerja nyata menggeliatkan amal usaha.
“Bapak-bapak cabang unggul itu ada enam indikator nge(ya). Yakni: aspek pembinaan jamaah, kepemimpinan manajemen organisasi, pemberdayaan sosial ekonomi keumatan, amal usaha Muhammadiyah, kaderisasi partisipasi AMM dan aspek pemanfaatan media digital,” tuturnya.
Enam indikator tersebut juga masih memiliki sub masing-masing, seperti pada aspek pembinaan jamaah. Secara sederhana ia menjelaskan bahwa, takmir atau pimpinan Masjid Muhammadiyah di sana memiliki data jamaahnya, dan memberikan perhatian kepada jamaah, terlebih di masa pandemi covid-19.
“Data jamaah itu harus ada pada pengurus masjid, bila perlu mintak KK-nya (Kartu keluarga) agar mudah memetakan jamaah, bagi jamaah yang sama-sama memiliki putra atau putri yang sudah mampu untuk berkeluarga bisa di jodohkan, artinya kaderisasi melalui pernikahan,” ungkapnya.
“Masjid harus ada pengajian terjadwal, saya sudah berkunjung ke Masjid Muhammadiyah yang pengajian mencapai lebih kurang enam puluh kali sebulan,” sebut Jamal.