MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Islam mengajarkan bahwa hubungan baik dengan Allah saja tidak cukup, namun juga harus diimbangi dengan hubungan yang baik dengan sesama manusia. Meski demikian, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni menambahkan bahwa “Hablu min Allah” dan “Hablumin al-nas” harus dilengkapi dengan “Hablu min al-bi’ah”.
“Hablu min al-bi’ah belum banyak dieksplorasi oleh ulama-ulama kita, cendekiawan-cendekiawan kita bagaimana pendekatan Islam terhadap persoalan ini. Seringkali saya sampaikan bahwa Nabi merupakan orang yang concern terhadap kesejahteraan makhluk non-manusia, misalnya binatang,” tutur Syafiq dalam Rakornas dan Silaturahmi Majelis Lingkungan Hidup (MLH) pada Sabtu (5/6).
Hal ini menjadi tantangan bagi Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah untuk menyusun konsep Hablu min al-bi’ah atau mencintai lingkungan hidup. Sebab cara pandang teosentris (Hablu min Allah) atau antroposentris (Hablumin al-nas) belum cukup menyudahi kerusakan lingkungan. Menurut Syafiq, rahmatan lil’alamin dapat dijadikan sebagai asas dalam menyusun kerangka konsep Hablu min al-bi’ah.
“Inti dari Hablu min al-bi’ah adalah bagaimana perspektif kita tentang paham keagamaan ini harus diperluas menjadi bagaimana berinteraksi dengan lingkungan hidup ini. kalau kita tidak menjangkau ke sana dan menjadikan ideologi Muhammadiyah, maka jangan-jangan Muhammadiyah akan kehilangan isu yang sangat relevan dengan kebudayaan modern,” ungkap Syafiq.
Syafiq berharap Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah tetap melakukan kampanye terhadap pentingnya pendekatan holistik terhadap ajaran Islam. Jika berhasil dikembangkan ihwal Hablu min al-bi’ah, maka kata Syafiq, akan menjadi tajdid Muhammadiyah paling aktual dan semakin relevan dengan laju perkembangan zaman.