MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Haedar Nashir menekankan aspek penting memelihara ukhuwah berdasarkan QS. Ali Imran ayat 103. Ayat ini berisi larangan saling bercerai-berai sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyyah. Di zaman jahiliyyah, Bani Aus dan Khazraj yang berada di Madinah telah bertempur selama puluhan tahun. Rasulullah sukses mempersaudarakan mereka yang sebelumnya saling bertikai satu sama lain ini.
Setelah menerangkan kisah persaudaraan Bani Aus dan Khazraj, Haedar mengingatkan bahwa sebab-sebab yang membuat hati tiap Muslim berselisih harus dihindari. Menurutnya, kerusakan persatuan seringkali diawali dari adanya kepentingan pribadi atau kelompok. Padahal, di antara akhlak tercela yang harus dihindari adalah sikap ananiah atau egoisme.
“Ananiah pribadi atau kelompok dengan segala macam rangkaiannya seringkali menganggu (persatuan). Manusia wajar punya kepentingan, tapi ketika kepentingan itu melampaui takaran, termasuk hubbud dunya yang berlebihan, maka biasanya orang atau sekelompok orang akan melihat kepentingan orang lain sebagai ancaman,” ungkap Haedar Nashir dalam acara silaturahmi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh pada Ahad (06/05).
Haedar menerangkan bahwa ananiah atau egoisme itu sendiri tidak hanya terkait dengan uang dan kekuasaan, tetapi pada aspek ibadah pun dapat terjadi. Haedar menyayangkan beberapa oknum kelompok Islam melarang pembangunan masjid di suatu daerah. Padahal mereka paling getol menyerukan persatuan, namun teriakan ukhuwah itu kadang kala tinggal menjadi slogan saja.
“Padahal setiap hari yang melarang pembangunan masjid itu menyeruakan ukhuwah, bahwa kita harus bersaudara dalam agama, bahkan ukhuwah kebangsaan dan kemanusiaan. Tetapi ketika kita ada kepentingan-kepentingan, jangankan urusan harta dan kekuasan, urusan ibadah dan masjid saja selalu menjadi bermasalah,” tutur Haedar.
Bagi Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, kasus tersebut merupakan ujian bagi kaum muslimin, apakah bisa mewujudkan ukhuwah atau tidak. Kalau ada keretakan karena ada perbedaan, maka sebaiknya saling mendekat untuk mewujudkan maslahat. Haedar menginginkan agar tautan yang terputus lantaran suatu persoalan dapat direkatkan kembali melalui tenun persaudaraan.
“Mempertautkan hubungan yang terputus itu harus melawan ego-ego kita diri, ego kepentingan, dan segala hgal yang bersifat duniawi. Muhammadiyah harus terus menyeruakan dan mempraktekan bahwa Muhammadiyah InsyaAllah akan menjadi kekuatan yang terus menebar silaturahmi dan ukhuwah yang tulis dan melintas batas,” kata Haedar.