MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Komitmen ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam terhadap amanah risalah kenabian dalam membangun perdamaian untuk Indonesia yang berkemajuan.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah Siti Aisyah di acara Seminar Nasional Membangun Perdamaian untuk Indonesia Berkemajuan yang diadakan oleh PP ‘Aisyiyah pada Sabtu (19/2) menuturkan, bahwa sejarah hidup Nabi Muhammad tidak hanya urusan perang-perang.
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad secara gemblang memerintahkan kepada umatnya untuk menyebarkan perdamaian. Dalam salah satu hadis populer tentang menebarkan salam memiliki kesatuan dengan Sunnah Nabi lain, yaitu memberi makan dan menyambung silaturahim.
“Nabi memerintahkan sebarkan salam, sebarkan perdamaian dan memberi makan melalui keberpihakan, ta’awun sosial ini menjadi pintu untuk mewujudkan kedamaian. Termasuk menyambung silaturahmi,” ungkapnya.
Usaha membangun kedamaian tersebut, kata Aisyah, didasari oleh spiritualitas yang kokoh sebagaimana disebutkan dalam hadis tersebut yaitu dengan melaksanakan sholat. Oleh karena perintah tersebut, seminar ini diadakan sebagai usaha menggali lebih dalam sebagai usaha membangun perdamaian untuk Indonesia Berkemajuan.
Sementara itu, Yuniyanti Chuzaifah Pegiat HAM Perempuan sebagai pemateri seminar ini menyampaikan bahwa, untuk memahami perdamaian harus memahami persoalan. Yuni memaparkan, konflik yang terjadi di sekitar meliputi konflik bersenjata, electoral, komunal, SDA dan tata bangunan, termasuk konflik berbasis keyakinan.
“Kita perlu juga diperkuat oleh organisasi-organisasi besar terutama dan salah satunya adalah peran ‘Aisyiyah yang sangat strategis karena jaringannya di mana-mana,” tuturnya.
Dalam konteks ketokohan di agama-agama, Yuni menyebut bahwa konflik electoral sering muncul karena pengkultusan salah satu tokoh keagamaan. Lebih spesifik, di Agama Islam sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadikan agama sebagai resolusi konflik. Sebab dalam Islam banyak sekali ajaran-ajaran tentang perdamaian.
Menyampaikan materi selanjutnya, Irfan Amalee Founder Peace Generation yang juga kader Muhammadiyah ini memaparkan, bahwa untuk menciptakan kedamaian harus ada salah ruang yang harus diisi yaitu learning peace. Karena untuk mencapai kedamaian itu harus mengajarkan perdamaian.
Lulusan Ponpes Darul Arqom Muhammadiyah, Garut menuturkan bahwa dalam mencapai kedamaian itu dimulai dari diri sendiri dengan menghapus prasangka ke yang lain, dan dalam konteks Indonesia harus menerima lima perbedaan, yaitu budaya, agama, jenis kelamin, kelas ekonomi, dan kelompok sosial.
“Setelah memahami perbedaan itu kita ditantang untuk menyelesaikan konflik, karena dengan menerima perbedaan belum tentu tidak ada konflik. Karena konflik itu akan selalu ada, konflik tidak bisa dihindari, tapi kekerasan bisa dihindari,” tuturnya.
Hits: 1