MUHAMMADIYAH.ID, RIAU – Visi Kiai Dahlan dan murid-murid utamanya untuk menghadirkan Islam sebagai agama peradaban adalah keberkahan tersendiri bagi warga Persyarikatan yang datang di masa setelahnya.
Lewat pendirian berbagai amal usaha dan layanan sosial, Muhammadiyah menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mampu berbicara banyak soal agama peradaban. Meskipun di masa awal perencanaan, ambisi besar itu seringkali diremehkan sebagaimana yang menimpa Kiai Hisyam saat menyatakan pada 1919 bahwa Muhammadiyah akan membangun universitas megah.
“Saya ungkap data sampai akhir Mei ini, yang dikeluarkan 84 rumah sakit kita belum termasuk yang lain-lain itu sudah 350,2 M dan itu dana mandiri kita. Coba, 350 M sekian itu kan besar. Nah tidak mungkin kita bisa punya seperti itu kalau kita tidak punya Amal Usaha (AUM), tidak punya program-program bisnis yang nyata, bukan teori. Dan itu kekuatan Muhammadiyah, AUM itu sebagai alat dakwah kita,” jelas Haedar.
Dalam Silaturahmi Syawal 1442 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau, Rabu (2/6) Haedar Nashir mengungkapkan kesyukuran itu harus dilanjutkan dengan menjaga nyala api perjuangan dan nilai-nilai Persyarikatan.
“Saya pernah berseloroh kalau kita tidak punya AUM, mungkin Muhammadiyah ini menjadi organisasi yang dari masjid ke masjid terus saja berdebat soal fikih, gitu kan? Penting berdebat soal fikih, tetapi ketika masing-masing pulang ke rumah, ke kantor, pulang ke masyarakat, faktanya lembaga pendidikan milik orang, lembaga kesehatan milik orang, lembaga sosial milik orang. Jadi berguna kan Muhammadiyah punya itu?” syukur Haedar.
Atas hal itu, Haedar berpesan agar pengelolaan AUM terus mengagendakan peningkatan kualitas sebaik mungkin tanpa melupakan sisi humanisme.
“Karena malu, kita ini sudah satu abad lebih. Jangan sampai kita tertinggal dari yang lain karena kita mungkin lengah. Termasuk AUM yang berkeunggulan. Di satu provinsi Riau misalkan, harus ada RS Muhammadiyah yang jadi kebanggaan,” tantang Haedar termasuk kepada AUM lainnya.