Minggu, 20 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Aqidah

Kompetisi menuju al-Khairat

by Redaksi Muhammadiyah
5 tahun ago
in Aqidah, Hukum Islam
Reading Time: 6 mins read
A A
Bercermin pada diri Nabi Muhammad saw, adalah seorang yang mampu mensyukuri nikmat Allah. Beliau adalah seorang berjiwa besar, termasuk dalam upayanya untuk meraih kesuksesan. Dengan seluruh potensi dan kesempatan yang dimiliki, beliau selalu bisa berjuang untuk menjadi yang terbaik, tanpa mengusik kehadiran orang lain.

Muhammad Husain Haikal menyebut Nabi Muhammad saw. sebagai seorang inspirator bagi kesuksesan orang lain. Muhammad berhasil menjadi Insân Kâmil (manusia paripurna). Manusia “multi-dimensi”, yang berhasil mencapai puncak prestasi tertinggi tanpa harus mezalimi orang lain. Beliau bisa bermitra dengan siapa pun, dan memandang para kompetitornya sebagai mitra untuk meraih prestasi.

Perhatikan firman Allah berikut:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs. al-Baqarah/2: 148).

Kata orang bijak, hidup ini adalah sebuah proses untuk memahami dan memanfaatkan fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay (penundaan). Oleh karenanya “tataplah arloji” yang melekat di pergelangan tangan anda, adakah ia mau menunggu diri anda? Inilah ungkapan orang-orang bijak yang bisa kita jadikan sebagai alas belajar. “Belajar untuk menghargai waktu”.

MateriTerkait

Viral S-Line di TikTok, Allah Murka bagi Mereka yang Berbangga dengan Dosa

Apakah Uang Hasil Monetisasi Konten Digital itu Halal?

Hukum Bekam dalam Islam, Bolehkah?

Di sebuah buku tarikh, terdapat sebuah kisah tentang seorang “lelaki surgawi” yang tak mau menjalani hidup untuk sekadar menunggu. Ia ingin menjadi yang terdepan dalam kebaikan. Dalam suatu kesempatan, Rasulullah saw. memaparkan profilnya, dengan menyatakannya: “Ialah penghuni surga tanpa azab dan hisab mulai dari para nabi hingga Nabi Muhammad saw. Mendengar pernyataan Rasulullah saw. itu, para sahabat pun ‘mulai kasak-kusuk’, menduga-duga, gusar, seperti apakah dan siapakah gerangan manusia istimewa tersebut?

Ketika itu Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabatnya, “Apa yang kalian bicarakan?”, maka setelah mereka memberitahukan, Rasulullah saw. pun bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak mendemonstrasikan “ruqyah” (mengisi seluruh aktivitasnya hanya dengan berdoa), tidak pesimistik dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal.”

Tiba-tiba saja, di tengah kerumunan orang di sekitar Rasulullah saw. — ada seorang lelaki bangkit dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”. Setelah itu, ada lagi seorang lelaki yang bangkit, untuk kedua kalinya dengan permintaan yang sama, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”. Mencermati kata-kata lelaki yang bangkit pada kesempatan yang kedua itu, Rasulullah saw. pun berkomentar, “Engkau sudah didahului ‘Ukasyah” (seorang lelaki yang bangkit pertama kali).

Memang, pemuda yang pertama kali bangkit itu bernama ‘Ukasyah bin Mihsan. ‘Ukasyah tidak perlu menunggu untuk menjadi yang kedua. Karena keberaniannya pada kesempatan yang pertama, permohonannya di“amini” oleh Rasulullah saw. Dia memiliki semangat “seperti api yang menyala-nyala”. Seperti itulah semangat ‘Ukasyah yang hadir di awal waktu, bukan di akhir kesempatan. Inilah satu di antara sahabat Rasulullah saw., mereka – para sahabat Rasulullah saw. pada umumnya — memiliki satu ruh (spirit) yang sudah lama kita tinggalkan. Ruh (spirit) Budaya Fastabiqû al-Khairât, “kesediaan untuk berlomba-lomba dalam menuju dan meraih kebaikan”.

أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

“Mereka itulah (sekelompok orang) yang selalu bergegas (segera) dalam meraih kebaikan, dan merekalah orang-orang yang (ingin selalu) terdahulu memerolehnya,” (Qs. al-Mu’minûn/23 : 61).

Ada sebuah kisah dalam hadits Nabi saw. yang mengiringi kisah tentang asbâbun nuzûl. Diceriterakan, bahwa ketika turun ayat tentang hijâb; tanpa membuang waktu, para shahabiyah (para sahabat perempuan Nabi saw.) langsung mengambil kain-kain mereka dan melilitkan ke seluruh tubuhnya. Para shahabiyah (para sahabat perempuan Nabi saw.) yang berada di pasar-pasar lantas tidak langsung pulang ke rumah. Mereka memilih untuk bersembunyi di balik batu-batu besar, menunggu malam yang sepi. Setelah benar-benar situasinya ‘aman’ dari pandangan orang, barulah mereka pulang ke rumah. Ini merupakan salah satu bukti, bahwa para sahabat Rasulullah saw. adalah orang-orang yang memiliki ruh (spirit) budaya Fastabiqû al-Khairât, budaya tak mau menunggu dan selalu ingin berkompetisi dalam kebaikan dan ketaatan. Ingin menjadi yang utama dan pertama.

Sementara itu, ketika kita amati kondisi kekinian dalam masyarakat kita, ternyata situasi dan kondisinya telah jauh berbeda. Budaya kompetisi ini lebih digandrungi dalam “ranah keduniaan”. Mereka – pada umumnya – lebih berkeinginan untuk berlomba-lomba dalam memperkaya diri, mempercantik (tampilan) fisik, menggagah-gagahkan sikap, mengejar jabatan, mencicil gelar demi gelar dan menumpuk atribut-atribut keduniaan lainnya untuk sekadar memuaskan hawa nafsu mereka.

Dalam kaitannya dengan fenomena ini Rasulullah saw. pun pernah bersabda:

« مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم » .

“Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Uqbah bin ‘Amir).

Semestinya, jikalau pun kita memperoleh dunia, maka teruslah melangkah sebagai orang yang dititipi amanah, berjalanlah sambil merunduk, indahkan titipan itu dengan keihklasan dan niat pengabdian kepada umat.

Prototype (Purwarupa) Orang-orang Pilihan

Fastabiqû al-Khairât adalah purwarupa orang-orang yang terpilih. Dalam Qs. Fâthir/ 35: 32, Allah menggambarkan purwarupa atau prototype kelompok manusia menjadi tiga jenis.

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang mezalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar,” (Qs. Fâthir/35: 32).

Kelompok manusia “jenis pertama’ adalah “mereka yang zalim (mezalimi dirinya sendiri)”. Keburukan mereka lebih banyak daripada kebaikan yang mereka perbuat. Mereka menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas yang tidak diridhai oleh Allah. Hidupnya lebih banyak diisi dengan tindakan maksiat.

Kelompok manusia “jenis kedua” adalah mereka yang ada di pertengahan (persimpangan). Dalam arti, di satu waktu mereka melakukan keburukan, tetapi di waktu lain merekapun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ibadahnya ‘jalan’, keburukannya pun jalan seiring dengan ketaatannya, yang dalam banyak hal sering disebut sebagai orang yang terjebak dalam budaya STMJ (shalat terus, maksiat jalan).

Dan kelompok manusia “jenis ketiga” adalah mereka yang selalu membangun ruh (spirit) budaya Fastabiqû al-Khairât, berlomba-lomba dalam kebaikan (ketaatan). Inilah karakteristik (dari) para sahabat Rasulullah s.a.w. terbaik.

Karena ruh (spirit) budaya Fastabiqû al-Khairât inilah para sahabat Rasulullah saw. pantas dikatakan sebagai “khairu ummah” atau generasi yang terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatan mereka kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatan untuk mengisi setiap desahan nafas mereka dalam ketaatan kepada Allah. Mereka selalu memaksimalkan setiap pintu kebaikan yang telah dibukakan oleh Allah kepada diri mereka, kapan pun dan di mana pun.

Sejenak menengok purwarupa di atas, apakah kita telah menjadi kelompok manusia “jenis ketiga”? Jawabannya tentu kembali kepada (perilaku) diri kita masing-masing.

Saatnya kita merenung, alangkah berbedanya ghirah/semangat beribadah para sahabat dengan kebanyakan dari diri kita sekarang. Seringkali kita tidak memiliki semangat untuk ber Fastabiqû al-Khairât, berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan. Kita seolah telah merasa cukup dan baik-baik saja berada di luar arena, menjadi penonton atau bahkan komentator, pengeritik perlombaan kebaikan dan ketaatan yang dilakukan oleh orang lain.

Ketika orang lain, misalnya, telah mengamalkan tuntunan Islam secara tepat dan lebih baik daripada diri kita, kita sering mengomentari mereka dengan komentar-komentar yang kurang bersahabat. Pada saat orang lain membudayakan sedekah, misalnya, kita justeru berpikir (negatif) bahwa mereka melakukannya dengan kemungkinan besar untuk mencari muka atau berkeinginan untuk dibilang pemurah (riya’). Ketika saudara kita ‘menahan perkataan’ untuk mengamalkan sebuah hadits, kita lantas menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang sombong yang “pelit bicara”. Dan di saat yang lain memanjangkan sujudnya, terbersitlah dalam benak kita untuk mengatakan: “mereka hanya ingin dikatakan khusyu’ saja”.

Terkadang kita memosisikan diri sebagai komentator dan kritikus tanpa terlibat dalam perlombaan untuk meraih ridha Allah. Sebuah peran yang teramat melelahkan, membuang-buang waktu. Adalah sebuah musibah jika kita kehilangan kesempatan dalam ketaatan kepada Allah, lantas kita tenang-tenang saja. Tak inginkankah kita meraih surga seperti ‘Ukasyah? Menjadi yang Utama dan Pertama!

Maka, saatnya kini untuk tidak hanya ingin menjadi penonton; mari kita bangun ruh (spirit) budaya Fastabiqû al-Khairât”. Agar kita menjadi yang terbaik untuk yang pertama kali, sebelum orang lain melakukannya.

Narasumber utama artikel ini: Muhsin Hariyanto

Sumber Artikel : tuntunanislam.id

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Acara Tujuh Bulanan Ibu Hamil dan Membacakan Talqin Saat Pemakaman

Next Post

Sedekah Kalimah Thayyibah

Baca Juga

AIK Ruh Institusi Pendidikan Muhammadiyah, Irwan Akib: AIK Jangan Dianaktirikan
Berita

Sekolah Muhammadiyah Didorong Seimbangkan Iman dan Intelektual

19/07/2025
Perkuat Sinergi Pendidikan dan Literasi Media, APIK PTMA Audiensi dengan Kemdikti Saintek dan LSF
Berita

Perkuat Sinergi Pendidikan dan Literasi Media, APIK PTMA Audiensi dengan Kemdikti Saintek dan LSF

19/07/2025
Menjadi Pemuda yang Berdampak seperti Ashabul Kahfi
Berita

Menjadi Pemuda yang Berdampak seperti Ashabul Kahfi

19/07/2025
Bangun Ekosistem Bisnis Muhammadiyah dengan Prinsip Profesionalisme
Berita

Bangun Ekosistem Bisnis Muhammadiyah dengan Prinsip Profesionalisme

19/07/2025
Next Post

Sedekah Kalimah Thayyibah

Jujur Membawa ke Surga

Penggunaan Dana Infak Masjid Berbeda Dengan yang Diniatkan Jamaah

BERITA POPULER

  • Rumah Sakit Muhammadiyah Berkembang Pesat, Haedar Nashir: Itu Kita Bangun Di Atas Sistem Profesional

    Rumah Sakit Muhammadiyah Berkembang Pesat, Haedar Nashir: Itu Kita Bangun Di Atas Sistem Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa Kristen, Laura Amandasari: Kampus Muhammadiyah Rumah Kedua Saya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Cara Mudah Mengakses Kalender Hijriah Global Tunggal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Universitas Muhammadiyah Papua Barat Resmi Berdiri, Irwan Akib: Muhammadiyah Hadir untuk Semua Anak Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Hadirkan Makan Bergizi: Wujud Nyata Pengabdian untuk Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Jumat: Pentingnya Membiasakan Ibadah kepada Anak Sejak Dini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Hanya Unggul Jumlah, Rumah Sakit Muhammadiyah Harus Jadi Pusat Layanan Kesehatan Berkualitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa Muhammadiyah Ini Dipercaya Perkuat Timnas di ASEAN U-23 Championship 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.